Semakin banyak orang yang menikmati makanan lokal dan makanan organik dan juga mengurangi konsumsi daging dan air minum botol. Namun, tak sedikit pula yang merasa kurang mendapatkan informasi dan pengaruh untuk menjadi konsumen yang lebih ramah lingkungan.
Survei Greendex yang baru-baru ini dilakukan oleh National Geographic Society dan GlobeScan mengukur tingkat perilaku dan kebiasaan konsumen di 18 negara. Laporan tahun ini adalah yang kelima sejak tahun 2008, dan fokus pada makanan. Ditemukan adanya peningkatan dalam kebiasaan makan. Konsumen di 11 negara, termasuk Korea Selatan, Hungaria, Australia, dan Kanada memiliki skor makanan tertinggi dibandingkan dengan skor di survei tahun 2012 lalu.
India, yang selalu menempati skor tertinggi di setiap survei Greendex perihal kelestarian makanan karena budaya makannya. Hampir satu dari empat orang India adalah pemakan sayur, dan mereka yang kerap menghindari daging sapi, daging yang paling berdampak di lingkungan. Orang India telah mengurangi asupan makanan impor dan meningkatan konsumsi makanan lokal, homegrown, dan makanan organik.
Negara yang luas lebih banyak konsumsi barang lokalLebih dari setengah konsumen yang disurvei menikmati makanan lokal. Rusia adalah negara pecinta makanan lokal. Sebanyak 77% mengonsumsi makanan lokal tiap harinya atau beberapa kali dalam seminggu. India, Tiongkok, Hungaria, Swedia, dan Jerman pun mengikuti jejak Rusia. Konsumsi makanan organik dan alami adalah diet mainstream.
Konsumen yang suka mencari informasi kerap lebih memerhatikan bahan-bahan makanan, percaya bahwa daging berdampak buruk bagi lingkungan, dan rela membayar lebih mahal untuk makanan organik dan makanan lokal.
Walaupun hal ini menunjukkan perkembangan dalam kebiasaan makan, hanya 34% konsumen mengira mereka mengerti kualitas, asal, dan keamanan makanan yang mereka konsumsi. Sebanyak 43% konsumen percaya bahwa mereka hanya sedikit terpengaruh oleh bagaimana makanan mereka diproduksi. Konsumen di tiap negara lebih khawatir mengenai keamanan makanan, dan Tiongkok berada di puncak dalam hal ini.
!break!
Makanan sebagai budayaMayoritas di tiap negara selain Swedia menganggap makanan adalah salah satu bagian dari budaya mereka. Konsumen India, Tiongkok, Spanyol, dan Meksiko adalah yang paling menganggap makanan sebagai budaya mereka.
Konsumen Meksiko berada di peringkat paling bawah dalam ukuran Greendex perihal makanan karena banyak mengonsumsi daging sapi dan ayam. Konsumen Jepang, yang paling banyak menikmati ikan dan makanan laut pun peringkat kedua di atas Meksiko. Sementara junk food di Amerika mengartikan konsumennya lebih banyak menikmati makanan proses dan cepat saji dan yang paling sedikit menikmati sayuran dan buah.
Ketika dikatakan beberapa makanan tidak berbahaya bagi lingkungan, konsumen di tiap negara berencana untuk lebih banyak mengonsumsi biji-bijian dan kacang-kacangan dan membeli lebih banyak produk lokal atau makanan alami, mengurangi konsumsi daging, kurangi minum air botol, dan kurangi makanan cepat saji.
Namun, konsumen di beberapa negara berbahasa Inggris dan Swedia adalah yang paling kurang tertarik untuk mengetahui produksi makanan mereka. Secara global, lebih banyak konsumen menolak gagasan "makan daging berdampak buruk bagi lingkungan".
Bukan masalah kamiKonsumen Inggris, Jerman, Australia, Amerika, dan Kanada menunjukkan ketidaktertarikan mereka untuk mengubah kebiasaan konsumsi mereka. Konsumen paling ceroboh adalah Jepang, yang telh mengumumkan akan kembali memburu paus dan hampir setengah dari seluruh konsumen di Jepang mengonsumsi daging babi beberapa kali tiap minggu.
Meskipun resistensi relatif industri dunia berubah, Greendex menawarkan alasan untuk tetap berharap. Konsumen di lima negara berpopulasi 1,8 juta orang, Meksiko, Brasil, Argentina, Tiongkok, peka dalam makanan dan berpotensi untuk berubah.