Pemerintah AS, Kamis (9/10), mendesak Turki agar bergabung dalam pertempuran melawan gerak maju pasukan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang kini sudah menguasai sebagian Kota Kobani, Suriah.
Dalam pertempuran sengit yang menewaskan puluhan orang itu, seruan untuk digelarnya operasi militer darat untuk menyelamatkan Kobani yang kini hanya dipertahankan milisi Kurdi terus menguat.
Namun, setelah pembicaraan dengan salah satu pimpinan NATO Jens Stoltenberg, Menlu Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Ankara tidak bisa diharapkan untuk bergerak sendirian. "Sangat tidak realistis jika mengharapkan Turki akan menggelar sendiri serangan darat," kata Cavusoglu.
Kekecewaan muncul di Washington dan belahan dunia lain karena Ankara belum menggerakkan militernya yang terlatih dan memiliki perlengkapan bagus itu untuk memerangi ISIS. "Tak perlu dipertanyakan lagi Turki berada dalam posisi terbaik untuk berkontribusi di kawasan termasuk menggelar operasi militer," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Jen Psaki.
Dua utusan khusus AS, jenderal purnawirawan John Allen dan utusan AS untuk Irak, Brett McGurk telah melakukan pertemuan dengan para pemimpin Turki di Ankara untuk meminta bantuan sekutu NATO mereka itu dalam upaya mengalahkan ISIS.
Washington menyatakan pekan depan pertemuan bersama militer AS dan Turki akan digelar di Ankara untuk membicarakan rencana aksi melawan ISIS.