Gambar ini menunjukkan sebuah kue tulang harimau dan anggur merah. Kedua material tersebut adalah obat tradisional Tiongkok yang populer yang telah menarik tindak kriminal terorganisir menjadi bisnis perburuan.
Di Vietnam, kue tulang harimau ukuran sebalok permen saja bisa terjual sebesar $1.000 dan sebotol kecil anggur merah tulang harimau bisa mencapai ratusan dolar.
Kedua material tersebut diketahui dapat memberikan kekuatan sang harimau kepada mereka yang mengonsumsinya. Hal ini menarik perdebatan, tetapi tidak ada keraguan bahwa perdagangan dalam produk ini mempromosikan pembantaian lanjutan yang mendorong populasi harimau liar ke tepi jurang.
Asher Jay menciptakan karya ini dan gambar lainnya karena ia berharap dapat membantu membuat perubahan atas orang-orang yang membuat pilihan konsumen yang pada akhirnya menyebabkan kematian harimau.
Orang-orang kerap mengabaikan yang sesungguhnya terjadi.
"Bagi saya, status simbol telah tertanam dalam budaya. Mereka diabadikan oleh masyarakat stagnan yang telah gagal mempertanyakan masa lalu, benar-benar menerima kenyataan di masa sekarang atau mempersiapkan masa depannya. Budaya mencerminkan kondisi manusia, dan kondisi manusia mencerminkan keadaan planet yang ditinggalinya."
Jika kita mampu berevolusi, begitu pun dengan budaya. Artinya status atau tradisi belum cukup memperkuat alasan untuk melanjutkan sebuah tindakan. "Saya mencoba untuk meluruskan lini waktu mengenai lokasi kejadian, dan mencari cara untuk menantang relevansinya di masa sekarang dan masa yang akan datang."
"Dalam karya yang spesifik ini, tulang harimau di dalam gelas anggur menceritakan bahwa seekor satwa dibunuh untuk pilihan konsumen. Hal ini mendidik orang akan harga asli dari sebuah produk, karena orang-orang kerap mengabaikan yang sesungguhnya terjadi. Mereka tahu kue atau anggur merah tersebut dibuat dari tulang harimau tetapi mereka tidak mengasosiasikannya dengan fakta bahwa seekor predator bermotif garis pada tubuhnya harus mati karenanya."