REDD+ Redam Peningkatan Suhu dengan Kurangi Emisi Rumah Kaca

By , Kamis, 16 Oktober 2014 | 14:30 WIB

Ilmuwan telah memperingatkan dunia bahwa kenaikan suhu dunia harus tetap berada di bawah dua derajat celcius sehingga dampak perubahan iklim tidak menjadi lebih parah.

Ketika suhu bumi menghangat lebih dari dua derajat, maka banjir, kekeringan, kelaparan, kepunahan, hingga peningkatan level air laut karena lapisan es meleleh, harus dihadapi manusia.

Lantas apa cara mengurangi peningkatan suhu dunia agar tetap di bawah dua derajat celcius?Kuncinya melalui pengendalian emisi gas rumah kaca. Pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas, dan batu bara memang bukan faktor tunggu yang menyebabkan pemanasan global di dunia.

Namun fakta meyebutkan bahwa kerusakan hutan tropis bertanggung jawab atas meningkatnya emisi gas rumah kaca di bumi. Oleh karena itu, perlu komitmen dari seluruh warga bumi untuk meminimalisir reduksi emisi dan deforestasi.

Melihat semakin mengkhawatirkannya peningkatan suhu udara bumi, REDD+ hadir untuk memberikan kompensasi kepada pihak-pihak yang melakukan pencegahan degradasi dan deforestasi hutan.

(Baca juga: Apa Penyebab Suhu Jakarta dan Bekasi Hampir 40 Derajat Celsius?)“REDD+ akhirnya dapat memberikan financial incentive kepada Pemerintah, jika berhasil mengurangi degradasi dan deforestasi hutan,” ujar Kepala Badan REDD+ Indonesia Heru Prasetya ketika ditemui dalam acara WWF’s Living Report Planet 2014: Asian and Indonesia Context, Jumat (10/10) silam di Jakarta. Ia menambahkan bahwa pemberian keuntungan itu harus mempunyai regulasi, kapasitas, peta, dan data yang benar juga relevan.

Tahun 2007 silam diadakan sebuah konferensi di Bali dan menghasilkan sebuah gerakan Bali Action Plan, rencana negosiasi untuk melanjutkan Protokol Kyoto—perjanjian internasional bertujuan menurunkan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan industri dunia.

REDD+ muncul dengan inisiatif keuntungan dan melakukan perlindungan jasa lingkungan, meningkat taraf kehidupan masyarakat sekitar hutan, bahkan memperjelas hak milik lahan.

Namun perhatian utama REDD+ tetap pada pengurangan emisi gas rumah kaca untuk meredam dampak kenaikan suhu udara dunia. Strategi pengurangan emisi seperti konservasi, pengelolaan hutan secara lestari, dan peningkatan cadangan karbon hutan telah dilakukan REDD+.

Menurut Heru Prasetya bahwa hingga saat ini pencapaian kinerja REDD+ mencapai 40 persen. Hingga saat ini ia memaparkan bahwa di desa-desa sudah terlihat walau untuk skala nasional masih belum terlalu terlihat hasilnya.

Walau demikian Heru menargetkan, tahun 2016 sudah dapat mengukur kadar emisi nasional secara tepat dan benar. Mengingat selama ini Indonesia masih menggunakan data-data kaadar emisi rumah kaca dari sumber pihak lain. Maka Heru mendesak pengukuran emisi nasional dilakukan secara serius sehingga ke depannya banyak langkah dapat diambil melalu data tersebut.

Heru pun menegaskan bahwa perkembangan REDD+ di Indonesia menunjukkan hal positif. “Perkembangan REDD+ di Indonesia sangat bagus sekali,” tegasnya.