Menjelajahi Jalanan Yogyakarta untuk Meraih Brevet

By , Selasa, 21 Oktober 2014 | 14:45 WIB

Ia terpaksa menuntun sepedanya sepanjang sembilan kilometer. Lantaran ban dalam yang bocor, peserta asal Bandung, Jawa Barat ini terpaksa tak lagi mengayuh tunggangannya dari wilayah Monjali hingga garis akhir—di Hotel Jambuluwuk, Jalan Gajah Mada, Yogyakarta.

Usut punya usut, peserta yang tetap tabah itu menitipkan ban dalam cadangan kepada salah seorang rekannya, yang juga ikut meng-gowes dalam acara ini. Apa boleh buat? Sang rekan yang dititipi terlanjur ngacir di barisan depan.

Kapok? Ah, saya pikir tidak ya. Sebab, sewaktu saya ngobrol dengannya—sembari mengganti ban dalam—ia sama sekali tidak menunjukkan penyesalan, apalagi kesal.

Begitulah. Salah satu kisah unik yang saya jumpai dalam penyelenggaraan Yogyakarta Audax Randonneurs Indonesia 2014 pada Jumat - Minggu (17-19/10). Acara ini merupakan kegiatan keenam yang diadakan oleh Audax Randonneurs Indonesia sebagai pemegang lisensi dari Audax Club Parisien Randonneurs, yang berpusat di Paris, Prancis.

Para peserta Yogyakarta Audax Randonneurs Indonesia berjajar rapi di garis start di Benteng Vredeburg, Sabtu (18/10). (Sony/National Geographic Indonesia)

Audax adalah perjalanan bersepeda dalam jarak yang jauh (long distance cycling) dalam batasan waktu tempuh tertentu. Biasanya, pihak penyelenggara menetapkan batas waktu tempuh selama 13,5 jam untuk jarak sejauh 200 kilometer. Sementara itu, untuk jarak sejauh 300 kilometer itu waktu tempuh maksimal adalah 20 jam. Lalu, untuk jarak 400 kilometer selama 27 jam dan waktu tempuh maksimal 40 jam untuk jarak sejauh 600 kilometer.

Bagi peserta Audax, tahapan jarak itu merupakan jenjang bertingkat untuk mengikuti ajang yang lebih bergengsi, bersepeda sejauh 1.200 kilometer dalam waktu tempuh maksimal 90 jam. Sepeda jarak jauh ini diselenggarakan setiap empat tahun sekali di Paris dengan rute Paris - Brest - Paris. Rencananya, ajang ini akan diadakan pada 2015.

Salah seorang peserta dari Bandung yang terpaksa menuntun sepedanya sepanjang sembilan kilometer jelang garis akhir. Ia mengganti ban dalamnya di Hotel Jambuluwuk, Yogyakarta. (Sony/National Geographic Indonesia)

Dalam kegiatan yang diadakan di kota pelajar ini, Audax menyediakan dua pilihan jarak tempuh (200 kilometer dan 300 kilometer). Untuk jalur 200 kilometer bermula di Benteng Vredeburg. Lalu, melewati Malioboro-Wates-Pandansimo-Ganjuran-Parangtritis-Imogiri-Piyungan-Prambanan-Cangkringan-Pakem-Tugu. Garis akhir perjalanan ada di Hotel Jambuluwuk.

Jalur tersebut didominasi oleh rute datar dan jalan aspal mulus. Peserta gowes menjumpai rute tanjakan pada kilometer 130 hingga 176. Sementara itu, jalan kurang mulus sepanjang 750 meter dilewati peserta di wilayah Pantai Pandansimo. Di wilayah Cangkringan ada jalur kerikil yang sedang dipadatkan. Tampaknya pemerintah setempat sedang melakukan upaya pengaspalan ulang.

Penyelenggara kegiatan menyediakan pilihan jarak sejauh 300 kilometer dengan rute: Benteng Vredeburg-Malioboro-Wates-Pandansimo-Ganjuran-Parangtritis-Imogiri-Piyungan-Prambanan-Cangkringan-Pakem-Tempel-Muntilan-Magelang-Salaman-Borobudur-Klangon-Godean-Tugu-Hotel Jambuluwuk. Selepas melewati Pakem, jalur yang dilalui menyediakan topografi yang berbukit, naik-turun.

Peserta melewati jalur aspal mulus di wilayah Wukirsari, Cangkringan, Sleman yang berbatas dengan persawahan milik penduduk. (Sony/National Geographic Indonesia)

Salah seorang wakil kami, Agus Surono, mengikuti gowes rute 300 kilometer. Berangkat pada pukul 06.00 WIB dari Benteng Vredeburg, Agus berhasil memasuki garis akhir pada pukul 21.44 WIB. Dan, ia pun berhasil mendapat medali Audax.

"Audax itu freeway. Ride your own bike on your own pace," ujar Gandhen peserta yang juga ikut membantu penyelenggara. Dalam kegiatan di Yogyakarta ini, peserta berasal dari Jakarta, Jogjakarta, Bandung, Garut. Bahkan, ada peserta berasal dari negara tetangga, Singapura. Klub Arjuna Tebet selalu mengikutkan anggotanya sejak kegiatan Audax Indonesia pertama kali diselenggarakan. Untuk peserta tertua, tercatat Sutjipto Sunarto yang akrab disapa Eyang. Ia berusia 75 tahun.

Rute Yogyakarta Audax Randonneurs Indonesia 2014.