Mengapa Perilaku Hidup Sehat Sulit Dijalankan?

By , Rabu, 29 Oktober 2014 | 10:48 WIB

Tidak salah jika dikatakan bahwa hal yang paling penting dalam perubahan perilaku adalah proses pembelajaran. Secara teori kita tahu bahwa perilaku hidup sehat harus dipelajari lewat proses belajar dan perilaku itu berubah karena ada konsekuensinya.

Kebanyakan dalam kehidupan kita sehari-hari konsekuensi yang ingin didapatkan adalah penghargaan (reward). Seseorang ingin melakukan suatu perubahan karena ada imbalan atau penghargaan yang ingin dia dapatkan. Kita melakukan diet sehat dan olahraga karena ingin sehat. Kita berobat ke dokter saat sakit agar menjadi sembuh.

Salah satu pembelajaran perilaku sehat juga berlangsung lewat observasi. Kita sering melihat banyak orang mendapatkan keberhasilan dalam menjalankan diet sehat dan olahraga. Kita menjadi termotivasi melakukan hal tersebut dan ingin mencari tahu bagaimana hal-hal tersebut dilakukan.

Individu akan lebih cenderung meniru perilaku orang yang setara dengan dirinya baik secara umur, usia dan ras. Selain itu juga orang yang dianggap lebih tinggi status sosial atau derajatnya dari individu cenderung lebih mudah diikuti.

Artis dan selebriti sering menjadi ikon suatu gaya hidup, perilaku atau menjadi bintang iklan. Hal ini dikarenakan artis mempunyai banyak fans yang sekiranya akan mengikuti gaya hidup dan perilaku dari idolanya tersebut.

Mengapa sulit berubah? Walaupun secara teoretis kita telah mengetahui teori-teori tentang kesehatan dan bagaimana menjaga kesehatan, sering kali kita kesulitan untuk berubah. Tidak heran walaupun kita tahu tentang bahaya merokok, individu tetap banyak saja yang merokok bahkan tenaga kesehatan sendiri sekalipun.

Tahapan perubahan perilaku Fase awal yang biasa disebut fase pre-kontemplasi disebutkan merupakan tahap individu belum mau mengubah perilakunya. Individu masih dalam tahapan tidak peduli dengan segala macam teori yang ada tentang perilaku sehat. Saat fase ini walaupun individu diberikan berbagai macam informasi kesehatan dan perubahan perilaku sehat, tidak akan banyak mengubah persepsinya tentang kesehatan.

Fase kedua adalah fase kontemplasi. Individu pada fase ini mulai menyadari adanya masalah kesehatan yang berkaitan dengan belum berubahnya perilaku dirinya. Sayangnya individu belum ada komitmen untuk berubah. Fase kedua ini biasanya individu mulai menyadari bahwa informasi kesehatan yang dia terima selama ini ada benarnya juga. Saat fase ini biasanya individu sudah mulai terbuka pikirannya.

Fase ketiga adalah fase persiapan. Individu dalam fase ini biasanya sudah mencoba melakukan perubahan perilaku tetapi masih sering gagal. Contoh individu mulai mencoba berolahraga teratur namun masih suka bolong-bolong jadwalnya. Individu mulai berhenti rokok tapi masih suka merokok jika bertemu dengan teman-teman yang merokok. Pada fase ini individu sudah mulai mempunyai tujuan untuk mencapai perubahan perilakunya. Fase ini memungkinkan tindakan yang lebih lanjut dan individu bisa bertahan melakukan perilaku sehatnya.

Fase keempat adalah fase tindakan. Individu saat fase ini sudah mampu melaksanakan perubahan perilaku dan sudah menjalaninya dengan baik sekurangnya 6 bulan sejak usaha perubahan itu dilakukan. Individu mulai bisa melakukan hal tersebut dengan konsisten sehingga masuk ke fase selanjutnya yaitu fase pemeliharaan.

Kelima fase perubahan perilaku tersebut dalam prakteknya tidaklah kaku. Kadang saat individu sudah berada di fase persiapan dia kembali ke fase kontemplasi. Ada kalanya ketika sudah lama melakukan perubahan perilaku sehat, individu kemudian merasa tidak bermotivasi kembali melakukannya dan akhirnya “turun fase”. Itulah mengapa seperti di depan telah dikatakan bahwa perubahan perilaku perlu mendapatkan reward atau penghargaan agar tetap bisa dilakukan.

Semoga tulisan ini bisa membantu kita memahami bagaimana perubahan perilaku sehat itu bisa berjalan. Bagi yang masih dalam tahapan mikir-mikir untuk melakukan perilaku sehat, ayo segera lakukan!