Akankah Pengembangan Wisata Luar Angkasa Terancam Gagal?

By , Sabtu, 1 November 2014 | 11:05 WIB

“Pengembangan industri wisata luar angkasa mungkin terancam berakhir,” papar Michael Listner dari Space Law and Policy Solution. Ia juga menambahkan bahwa masih butuh banyak regulasi yang perlu dikembangkan, sehingga muncul pertanyaan akankah industri ini akan bertahan atau tidak.

Seperti diketahui bahwa pesawat ruang angkasa SpaceShipTwo jatuh saat melakukan uji coba terbang di Mojave Air and Space Port, California. 

SpaceShipTwo merupakan pesawat pariwisata ruang angkasa yang didesain mampu membawa enam penumpang dan dua pilot. Para penumpang akan dibawa terbang ke luar angkasa dan merasakan penerbangan suborbital. 

Virgin Galactic, perusahaan pesawat antariksa komersial Inggris yang didirikan pengusaha Richard Branson. Perusahaan ini juga mengembangkan glider untuk urusan kedirgantaraan.

Sejak pendaftaran dibuka tahun 2007 silam, sudah lebih dari 500 orang telah mendaftarkan diri—dengan deposit 250.000 dollar tiap orang—untuk merasakan terbang ke luar angkasa. 

Sayangnya menyusul jatuhnya pesawat ruang angkasa milik Amerika dua kali berturut-turut dalam sepekan, menimbulkan anggapan perjalanan menuju ruang angkasa berbahaya. (Penyebab Ledakan Roket Antares Diselidiki, artikelnya di sini)

“Kami akan bekerja sama dengan pihak otoritas menyelidiki penyebab kecelakaan dan menginformasikan segala perkembangannya,” papar Virgin Galactic dalam sebuah pernyataan pasca kecelakaan.

"Apa yang terjadi jika penumpang—yang telah memesan tempat atau membeli wahana luar angkasa—berubah pikiran dan mulai menuntut pengembalian uang."

Federal Aviation Administration (FAA) mengumumkan akan melakukan penyelidikan perihal kecelakaan SpaceShipTwo. Pesawat ruang angkasa komersial di Amerika diatur oleh Undang-undang tahun 2004, di mana FAA diberi kewenangan melakukan pengawasan pada industri wisata luar angkasa.

Pesaing utama Virgin Galactic, XCOR dari Texas dilaporkan telah berhasil menjual ratusan wahana luar angkasa pada perusahaan Lynx. Masing-masing pesawat luar angkasa itu dibandrol 95.000 dollar.

“Ini akan menarik melihat apa yang terjadi menyusul kecelakaan pada Virgin Galactic. Apa yang terjadi jika penumpang—yang telah memesan tempat atau membeli wahana luar angkasa—berubah pikiran dan mulai menuntut pengembalian uang,” kata Listner.

Lantas, pengembangan industri luar angkasa apakah hanya khayalan semata karena dianggap masih terlalu berbahaya?