Benarkah Orang Indonesia Makin Puas Akan Hidupnya?

By , Sabtu, 1 November 2014 | 11:50 WIB

Survei global yang dikeluarkan Pew Research Center mendapati tingkat kesejahteraan di negara-negara yang tumbuh dengan pesat seperti Indonesia, Tiongkok, dan Malaysia kini menyaingi mereka yang berada di Amerika Serikat, Jerman dan Inggris.

Pembuat survei menanyakan orang-orang di 43 negara untuk menempatkan diri mereka dalam ''tangga kehidupan,'' dengan tangga bagian paling atas mewakili kehidupan yang terbaik dan tangga di bawah untuk kehidupan terburuk.

Pew juga melakukan survei yang sama pada tahun 2002 dan 2005 di kebanyakan negara-negara ini, memungkinkan para periset untuk melihat kecenderungannya dari waktu ke waktu.

Namun data itu juga mengisyaratkan adanya batasan dari kebahagiaan yang bisa dibeli uang.

Sebagai contoh, 56 persen orang Malaysia menilai kehidupan mereka di peringkat ''ketujuh'' atau lebih di tangga itu. Sementara di Bangladesh hanya 36 persen.

Namun masyarakat di Jerman, yang memiliki pendapatan per kapita jauh lebih tinggi dari Malaysia, hanya mengemukakan tingkat kepuasan 60 persen atau hanya 4 poin lebih dari Malaysia.

Walau kekayaan memberi sumbangan pada kebahagiaan, riset lain menunjukkan bahwa kekayaan bukan satu-satunya faktor pembuat bahagia.

Perempuan cenderung lebih bahagia dibandingkan laki-laki, misalnya dan orang-orang yang tidak menikah dan berusia setengah baya cenderung melaporkan tingkat kesejahteraan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang menikah dan orang-orang yang lebih muda.

Walau kekayaan memberi sumbangan pada kebahagiaan, riset lain menunjukkan bahwa kekayaan bukan satu-satunya faktor pembuat bahagia.

Survei ini melihat adanya kenaikan signifikan dalam kepuasaan pribadi di Indonesia, dengan 58 persen dari mereka yang ditanyai menempatkan diri mereka di peringkat tujuh teratas di ''tangga kehidupan'' atau lebih tinggi lagi, yang artinya meningkat dari 23 persen di tahun 2007.

''Tentu saja tanpa uang kita tidak bisa memenuhi kebutuhan mendasar kita, tetapi uang bukanlah segalanya,'' kata Irwan Yahya, seorang insinyur mekanik di Jakarta yang memiliki perusahaannya sendiri.  "Kalau tidak, bisa-bisa kebahagiaan hanya jadi milik orang kaya," tambahnya.

Daisy Daryanti, seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun yang merupakan salah satu responden di Indonesia, mengatakan uang bisa membeli kebahagiaan tetapi hanya untuk ''sesaat.''