Laporan dari Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) mengatakan bahwa perluasaan pemanfaatan bioenergi baru mungkin dapat menekan pemanasan global. Bahkan kenaikan suhu dapat ditekan hingga 2 °C, seperti yang disepakati dunia.
Diketahui bahwa peningkatan emisi melaju begitu cepat antara tahun 2000 hingga 2010. IPCC menuding pertumbuhan ekonomilah yang membuat emisi terus meningkat dua kali lipat.
Sebuah studi dilakukan untuk mengantisipasi perubahan iklim di masa depan. Ilmuwan percaya dunia harus menjaga agar kenaikan suhu tidak melebihi 2 °C. Caranya dengan menghasilkan listrik tanpa harus memancarkan karbon dioksida. Sumber rendah karbon ini mampu menyediakan 30 persen listrik, seperti tenaga air dan nuklir.
Penghasil listrik minim karbon harus terus diperbanyak. Ilmuwan mengharapkan tahun 2050, 80 persen sumber listrik sudah menggunakan panel surya atau turbin angin. “Mitigasi bukan berarti dunia harus mengorbankan pertumbuhan ekonomi,” kata Ottmar Edenhofer dari Postdam Institute for Climate Impact Research di Jerman. Menurutnya pembakaran bahan bakar fosil harus suntuhnya berhenti paling lambat tahun 2100.
Laporan ini juga mengungkap pentingnya perubahan penghematan biaya. Caranya melakukan efisiensi energi untuk industri dan pemanas rumah, serta pengurangan emisi transportasi.
Menjaga kenaikan suhu di bawah 2 °C menandakan konsentrasi karbon dioksida di udara berada di bawah 450 ppm. Dahulu ketika zaman pra industri, konsentrasi karbon dioksida hanya 280 ppm hingga 400 ppm. Oleh karena itu penting untuk selalu menjaga konsentrasi karbon dioksida tetap di bawah 450 ppm, dengan pengembangan teknologi penghisap CO2.
Meski demikian IPCC memang menyatakan pengembangan teknologi penghisap CO2 dapat berisiko. Tapi manusia tak punya pilihan lain jika ingin menekan kenaikan suhu bumi.