Aktivitas Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, belum menunjukkan tanda mereda. Sebulan terakhir, Pos Pengamatan Erupsi Gunung Sinabung mencatat 206 kali guguran awan panas dengan panjang 500-4.500 meter.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Sinabung Armen Purba yang dihubungi dari Medan, Senin (3/11), mengatakan, penghitungan dilakukan sejak 5 Oktober hingga Senin pukul 18.00. ”Aktivitas menunjukkan Sinabung masih produktif,” katanya.
Aktivitas yang tinggi itu menjadikan suara gemuruh terus terjadi dan terdengar warga di sekeliling Sinabung. Suara gemuruh Senin kemarin bahkan terdengar hingga Pos Pengamatan Gunung Sinabung, sekitar 6 kilometer dari puncak.
Kepala Subbidang Pengawasan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat Hendra Gunawan mengatakan, awan panas guguran Oktober-November ini berbeda pola dengan Januari lalu saat status Sinabung Awas.
Awan panas terjadi karena pembentukan kubah lava di bibir kawah. Begitu ada penambahan lava, terjadi guguran. Aktivitas juga relatif menurun dibandingkan Januari. Data juga menunjukkan deformasi gunung stabil.
Itu berbeda dengan pola awan panas Januari lalu ketika awan panas muncul dibarengi pembentukan lidah lava. Pertumbuhan kubah lava saat itu tinggi dan intensitasnya bisa 80 kali sehari. Dua minggu terakhir, rata-rata kurang dari 10 kali sehari.
”Sampai hari ini, pola Sinabung masih kami amati. Kami belum tahu seperti apa karena Sinabung baru aktif tahun 2010,” tutur Hendra. Sementara tahun lalu terjadi letusan eksplosif yang didahului letusan freatik. Hingga kini, Pemerintah Kabupaten Karo masih menetapkan masa tanggap darurat erupsi Sinabung hingga 19 November 2014.
Sementara itu pembangunan akses masuk ke lokasi relokasi bagi 370 keluarga warga Desa Sukameriah, Bekerah, dan Simacem pada radius 3 kilometer dari puncak di kawasan Siosar, Kecamatan Merek, sudah berlangsung. TNI mendatangkan peralatan pembuka jalan.