Festival Budaya Sei Mahakam: Hadirkan Budaya Khas Kalimantan Timur

By , Jumat, 7 November 2014 | 07:15 WIB

Pembangunan fisik telah membuat akses dunia luar lebih mudah menjamah kebudayaan di pesisir Sungai Mahakam.

Sayangnya kemudahan akses justru membuat kemunduran kelestarian budaya serta menggerus warisan budaya di pesisir Sungai Mahakam. Seperti yang terjadi pada Tari Jepen, Tari Dayak, upacara adat keraton dan teater rakyat seperti Mamanda pun mulai kehilangan peminat. 

Keprihatinan tersebut mendorong Yayasan Total Indonesia untuk terus mempromosikan kebudayaan Sei Mahakam. Festival Budaya Sei Mahakam mulai digelar tanggal 7 hingga 16 November  2014 di Bentara Budaya Jakarta (BBJ).

“Kami menyadari bahwa Indonesia sangat kaya dengan warisan budaya. Untuk itu, kami memiliki kerinduan untuk turut melestarikan dan memelihara khazanah budaya yang ada di sekitar Sungai Mahakam karena kearifan budaya lokal kebudayaan Sei Mahakam ini merupakan salah satu budaya yang hampir punah di daerahnya,” papar Eddy Mulyadi, Ketua Yayasan Total Indonesia.

Menurut Eddy Mulyadi, ada beberapa faktor yang menyebabkan kebudayaan asli Kalimantan Timur mulai punah. Pertama karena perkembangan dunia komunikasi yang membuat anak muda lebih tertarik dengan gadget.

 Lalu semakin berkurangnya bahan baku pembuat kerajianan asli, seperti pandan hutan dan rotan. Bahkan, masuknya perabotan plastik ke daerah Kalimantan Timur membuat warga asli enggan membuat wadah tradisional.

“Kini ember plastik telah menggantikan bakul dari rotan,” ungkap Edy Mulyadi dalam konferensi pers jelang peresmian Festival Budaya Sei Mahakam, Kamis (6/10) di BBJ.

Festival Budaya Sei Mahakam ini akan memberikan kegiatan menarik bagi pengunjung. Seperti belajar tari Dayak, demo masak makanan khas Kutai, serta bincang dengan perajin anyaman khas Kalimantan. 

Tak hanya pameran, Festival ini juga menggelar seminar serta talkshow menarik membahas tuntas tentang kebudayaan Kalimatan Timur. Begitu pula pertunjukan seni akan menghibur para pengunjung.

Buaya muara (Crocodillus porosus) ini pernah memangsa manusia pada tahun 1996 silam. Dikenal pula dengan sebutan Buaya Sangatta, kini tubuhnya telah diawetkan dan ditempatkan di Museum Kayu Tuah Himba, Tenggarong, Kalimantan Timur. (Elisabeth Novina)

Menariknya, di Festival Budaya Sei Mahakam Anda dapat menemui dua monster buaya sangatta yang telah menelan manusia pada tahun 1996. Dua 'monster' ini dibawa langsung dari Museum Kayu Tuah Hamba Tenggarong. 

Diharapkan dengan diselenggarakan Festival Budaya Sei Mahakam ini mampu memperkenalkan kebudayaan tradisional khas Kalimantan Timur ke khalayak.