Jumlah penderita asma terus meningkat. Penyakit ini juga tidak mengenal umur, ras, dan status sosial seseorang. Tujuan terapi asma adalah pengendalian, bukan untuk menyembuhkan asma.
Gejala penyakit asma antara lain sesak napas, dada terasa berat, batuk sampai mengeluarkan suara napas berbunyi. Jika penyakit ini dikontrol, gejalanya bisa tidak muncul lagi.
"Penderita yang ingin sembuh harus menjalankan gaya hidup sehat dan terapi secara rutin, antara lain memakai obat pelega dan pengontrol asma," kata dr. Sita Andarini, spesialis paru dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI Jakarta.
Obat pengontrol asma, menurut Sita harus digunakan terus menerus meski penyakitnya tidak sedang kambuh. Jika digunakan secara teratur, ada manfaat lain, yaitu kepekaan pipa saluran napas berkurang sehingga penderita lebih tahan terhadap rangsangan alergen atau iritan. "Lama-lama gejala asma akan hilang," katanya.
Selain itu, setiap tiga bulan penderita juga harus melakukan pemeriksaan ke dokter. Jika asma semakin terkendali maka dosis obat bisa diturunkan.
Untuk pencegahan, lakukan dengan menghindari faktor pencetus, misalnya menghindari debu rumah, bulu binatang, asap rokok, atau udara berpolusi. Sementara itu untuk makanan disarankan mengonsumsi makanan segar, yang bukan termasuk makanan instan maupun makanan yang diletakkan di kulkas selama berhari-hari.