Punahnya spesies burung terbesar di Selandia Baru, burung moa, akibat diburu rupanya tidak disebabkan oleh populasi manusia yang besar. Namun hanya dalam jumlah yang sedikit, manusia bisa memusnahkan spesies burung itu.
Studi baru menunjukkan hanya ada kurang dari 2.500 pendatang dari Polynesia di Selandia Baru ketika burung moa punah pada awal abad ke-15. Bukti-bukti arkeologis menunjukkan manusia mulai berdatangan di kepulauan itu pada awal abad ke-14.Periset Richard Holdaway dan Chris Jacomb menganalisis serpihan cangkang telur moa yang diambil dari tempat-tempat permukiman awal manusia di kepulauan itu untuk menentukan kapan perburuan moa dimulai.Dengan mempelajari tulang kerangka moa dari situs-situs non-arkeologis didapati bahwa spesies tersebut telah musnah di sebagian besar pulau itu hanya 70 sampai 80 tahun setelah perburuan dimulai. Lewat artikel yang dimuat dalam jurnal Nature Communications, para periset mengatakan temuan mereka menunjukkan besaran populasi tidak dapat digunakan untuk melepaskan keterlibatan manusia dalam kepunahan spesies-spesies lainnya.