Bumi Kian Terbebani Oleh Urbanisasi dan Globalisasi

By , Sabtu, 8 November 2014 | 18:15 WIB

Dua pekan ke depan, tepatnya Kamis (20/11), Pusat Arsitektur Denmark (DAC) akan membuka sebuah pameran yang didedikasikan untuk bumi. Pameran ini akan menyoroti pergeseran monumental selama beberapa dekade terakhir di seluruh muka bumi.

Urbanisasi dan globalisasi telah mengubah lanskap alam. Permukaan bumi telah benar-benar berubah. Lewat pameran itu, tergambar betapa beratnya "beban" bumi yang melayang di atas kota-kota di peta dunia.

Di perkebunan organik Agatho, Cisarua, petani memanfaatkan plastik ramah lingkungan sebagai pelindung kangkung dari air hujan secara langsung. Pada pertanian organik lahan kering, kelebihan air dapat menurunkan kualitas produk. Simak liputan kontradiksi organik di Majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2014. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)

Beban bumi itu muncul seiring merebaknya jaringan infrastruktur yang dibangun oleh manusia. Sumber-sumber daya kehidupan lalu ikut hancur mengenaskan.

Maka, di pameran ini, lewat foto udara dari google earth, kita pun tiba-tiba bisa melihat dengan jelas hal-hal yang kita sebelumnya tidak kita sadari. Ya, setiap gambar yang dipilih akan memaparkan cerita unik tentang kondisi planet ini, mulai sebaran masyarakat kepulauan menuju kota-kota besar, serta permukiman pertanian yang maha luas.

Pada tahun 2000 (kiri), Laut Aral menyusut menjadi bagian kecil dibanding 1960 (garis hitam). Irigasi lebih lanjut dan kondisi kering pada 2014 (kanan) menyebabkan bagian cuping timur laut benar-benar kering untuk pertama kalinya dalam 600 tahun. (NASA Earth Observatory)

Kemudian, pengunjung pameran akan memasuki sebuah ruangan gelap dengan beragam foto evolusi. Foto-foto evolusi itu menampilkan visualisasi subjek yang sama di berbagai momen dalam waktu berbeda. Masing-masing foto itu juga disertai fakta mengerikan tentang perubahan muka bumi.

"Selain menjadi cantik, foto-foto ini juga menunjukkan beberapa perubahan, globalisasi, urbanisasi dan perubahan iklim," jelas Martin Winther, Manajer Komunikasi di DAC.

"Pengunjung pameran akan senang dan kagum dengan keragaman bumi, tetapi pada saat yang sama mengingatkan bahwa sumber daya bumi kita ini tidak tak terbatas, dan kita memiliki kewajiban bersama untuk menjaga apa yang kita miliki," tambahnya.

Peternakan di negara-negara dataran rendah seperti Bangladesh rentan terhadap dampak naiknya permukaan laut akibat perubahan iklim. Foto: Jim Richardson, National Geographic Creative

Pameran tersebut meliputi empat tema utama, yaitu makanan, energi, transportasi, serta air. Semua tema itu akan menggambarkan masa depan manusia, perkotaan dan lanskap bumi yang nyata.

"Beban bumi itu datang sebagai hasil kerjasama erat antara arsitek dan perencana perkotaan," ujar Winther.

"Arti keseluruhan gambar ini menunjukkan seperti apa dunia yang terlihat saat ini dan yang mungkin berakhir di masa depan nanti," tambahnya.