Kisah Kelompok Pemburu Paus Komersial Pertama di Dunia

By , Senin, 10 November 2014 | 09:20 WIB

Carl Anton Larsen, seorang penjelajah tiba di Grytviken, Inggris membawa tiga kapal dan 60 lelaki. Tahun 1904, Larsen mendirikan pangkalan perburuan paus komersial pertama di dunia.

Sejak saat itu pertumbuhan pangkalan perburuan paus mulai menjamur. Semakin banyak pangkalan maka makin banyak pula paus yang diburu. Tahun 1965 saja, dilaporkan sebanyak 175.250 paus ditangkap kemudian diproses menjadi komoditi berharga.

Perburuan paus di perairan South Georgia, Inggris, berlangsung selama 61 tahun. Menyebabkan kepunahan bagi seluruh populasi paus. Tak hanya itu saja dampaknya, tumpukan tulang paus tersebar di sepanjang tepi Grytviken.

Antara tahun 1904 hingga 1913, kelompok pemburu ini hanya memanfaatkan lemaknya saja. Mereka membuang sisa tulang di sepanjang pantai hingga pelabuhan. Akhirnya setelah tahun 1913, untuk meningkatkan efisiensi, mereka mulai mengelola tulang serta daging. Lambat laun jumlah sisa tulang paus pun berkurang. Namun tetap saja, sisa tulang yang terdahulu masih menjadi limbah.

Melalui sisa tulang belulang itu, informasi berhasil dikumpulkan dan dilakukan penelitian. Hasilnya dipublikasi dalam Marine Mammal Science. Penelitian menggunakan DNA mitokondria dari sampel 231 tulang yang tersisa dari penangkap paus.

Hasilnya sebagian besar tulang—158 dari 231 tulang—milik paus bungkuk (Megaptera novaeangliae), 51 tulang milik paus sirip (Balaenoptera physalus), 18 tulang dari paus biru (Balaenoptera musculus), dua berasal dari paus sei (Balaenoptera borealis), serta satu berasal dari paus right selatan (Eubalaena australis). Sementara satu tulang bukan berasal dari spesies paus melainkan Mirounga leonina atau anjing laut gajah selatan.

Penelitian itu juga menemukan bahwa perburuan paus ini berhubungan dengan penurunan populasi mamalia laut ini. Perburuan oleh kelompok Larsen yang menangkap beragam jenis paus telah berimbas pada keanekaragaman paus itu sendiri.

Operasi penangkapan paus untuk keperluan komersial di South Georgia berakhir tahun 1965. Meski telah berhenti efek eksploitasi berlebihan masih dapat terlihat.

Sebuah studi mengungkap antara tahun 2006 hingga 2010 sangat jarang ditemui Paus Bungkuk. Kabar baiknya beberapa jenis paus telah mengalami peningkatan populasi. Tetapi efek eksploitasi berlebih ini berimbas pada keragaman genetik dan struktur populasi.