Pendekatan Ekohidrologi Sebagai Solusi dalam Permasalahan Air

By , Senin, 10 November 2014 | 19:46 WIB

Ekohidrologi merupakan ilmu integratif dengan paradigma baru yang berupaya mencari solusi permasalahan seputar air, manusia, dan lingkungan sekitarnya.

Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain mengungkap bahwa konsep dasar ekohidrologi adalah pendekatan pengelolaan sumber daya air dan biodiversitas dalam satu kesatuan. Ekohidrologi, bisa menjadi sebuah penawaran solusi dalam mengatasi krisis air global.

“Walaupun ketersediaan air di Indonesia melimpah, namun secara kualitas tidak semuanya memenuhi kriteria air bersih dan sehat yang layak konsumsi. Sekarang, sebagian besar dari penduduk masih belum mengonsumsi air bersih,” jelas Iskandar.

Direktur Eksekutif Asia Pacific Center for Ecohydrology (APCE) – UNESCO Prof. Dr. Hery Harjono mengatakan, sumber daya air seperti danau dan sungai di Indonesia sebagian besar telah rusak dan tercemar. Eksploitasi manusia, limbah rumah tangga, dan keberadaan industri menjadi penyebabnya. Berkaca dari hal itu, ekohidrologi merupakan solusi pemecahan persoalan sumber daya air yang menghantui negeri ini.

Ekohidrologi melihat ekosistem sekitarnya secara menyeluruh untuk penyediaan air. “Ilmu ini masih tergolong dalam ekoteknologi, yakni penggabungan antara pengetahuan lingkungan dan teknologi. Dengan kata lain, mengubah perlakuan terhadap air yang eksploitatif menjadi ramah lingkungan,” ungkap peneliti senior LIPI tersebut.

Sebagai informasi, salah satu penerapan ekohidrologi yang sudah dilakukan ialah pemanfaatan tumbuhan atau vegetasi dalam mengatasi masalah lingkungan. Contohnya pengembalian ekosistem Waduk Saguling di Kabupaten Bandung Barat yang berdampak pada kualitas air Sungai Citarum. Salah satu cara pembenahan waduk tersebut melalui teknik ekohidrologi.

Air waduk yang tercemar dibersihkan lewat pemanfaatan tanaman seperti rumput atau eceng gondok yang ditanam di sepanjang aliran waduk. Hasilnya? Tingkat kebersihan air meningkat dan biaya pembersihan lebih murah.

Hery menambahkan, solusi permasalahan air dengan pendekatan ekohidrologi harus terus ditingkatkan. “APCE diharapkan menjadi garda terdepan dalam memperdalam, mempertajam dan mengembangkan konsep pengelolaan berbasis ekohidrologi yang bermanfaat bagi masyarakat dan kehidupan di sekitarnya,” tukasnya.

Peneliti Pusat Penelitian Limnologi LIPI Dr. Ignasius Dwi Atmana Sutapa menuturkan, penyelesaian permasalahan ketersediaan sumber daya air bersih juga telah dilakukan melalui berbagai pendekatan teknologi LIPI sebagai bagian dari ekohidrologi.

Salah satu contohnya adalah teknologi Instalasi Pengolahan Air Gambut (IPAG) yang mampu mengolah air gambut menjadi air layak konsumsi sesuai standar yang disyaratkan Kementerian Kesehatan.

“Intinya, IPAG menyediakan teknologi pembersih air gambut yang biayanya lebih murah dan alternatif sumber air bersih bagi masyarakat di wilayah bergambut,” kata Sekretaris Eksekutif APCE – UNESCO tersebut.