Licinnya Sindikat Maling Minyak

By , Sabtu, 15 November 2014 | 17:15 WIB

Tidak mudah untuk mengurai sindikat maling yang menggasak minyak ataupun fasilitas produksi lainnya—seperti pipa dan kabel. Seringkali aparat hanya mampu menangkap pelaku di lapangan.

"Untuk koordinator di lapangan, kadang kita masih bisa dapat nama [pelaku]. Tapi untuk sampai pemilik modal, sama sekali tak dapat nama. Blas nggak dapat...," jelas Maulana Malik Ibrahim, penjabat sementara Senior Security PT Pertamina EP Prabumulih Field.

Maulana mengaku tidak gampang pula menangkap orang yang tepergok membobol pipa. Para pelaku di lapangan lebih kerap memilih melarikan diri dengan meninggalkan truk dan semua peralatannya.

Dia menuturkan bahwa mudahnya kredit mobil membuat sindikat pencuri gampang memiliki truk baru. "Beberapa kali berhasil mencuri minyak, kredit truk bisa lunas. Makanya, kalaupun terjebak, mobilnya doang yang tertangkap."

Kapten CPM Hengky Titoni bersama pasukan BKO berpakaian lengkap dengan senjata laras panjang menyisir lokasi terjadinya penembakan Kapolsek Rambang oleh komplotan pencuri minyak, Sabtu (1/11). Pencurian minyak dengan cara membolongi pipa aliran minyak PT. Pertamina EP kerap terjadi di kawasan ini. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)

Kelompok maling tertentu kadang berani melawan. "Seperti kemarin itu penembakan AKP Makmun Arrasyid. Para pencuri itu merasa kuat. Buktinya langsung mencuri minyak tiga truk," urainya.

Para pencuri juga terkenal canggih dan cepat dalam melakukan aksinya. Sementara itu, personel keamanan butuh waktu untuk patroli dari satu titik ke titik lain.

Untuk patroli jalur pipa, personel butuh waktu antara 2 – 3 jam. Dalam perjalanan biasa, jalur patroli mungkin bisa ditempuh selama 1 jam. "Itu bukan patroli namanya, tapi jalan-jalan," ungkap Maulana yang bersuara berat ini.

Pencuri hanya perlu satu jam buat memasang keran dan menyalurkan minyak ke truk. "Patroli dari titik berangkat ke titik kembali tiga jam, sementara pencuri hanya perlu satu jam. Jadi masih ada waktu sisa (untuk mengalirkan minyak dan melarikan diri)," tutur Maulana coba membandingkan waktu yang diperlukan maling dengan gerak patroli.

Babinsa Koramil Gelumbang, Nedi bersama tim keamanan PT. Pertamina EP Field Prabumulih saat menemukan pipa yang sudah dilubangi untuk pencurian minyak. Pencurian minyak kerap terjadi di kawasan ini. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)

Pun waktu mengisi tangki penampung minyak, maling bisa kucing-kucingan dengan petugas keamanan. "Setelah patroli lewat, pencuri hantam lagi dan mengisi truk."

Namun berbagai upaya terus dilakukan oleh tim pengamanan. "Kita bekerjasama dengan bagian produksi. Saat pengiriman minyak, jika ada kejadian tidak wajar, bagian produksi segera melaporkan ke kami," imbuh Maulana.

Dari laporan itu, petugas akan menyisir areal dan segmen jalur pipa yang diduga tidak wajar. "Kita akan perkuat patroli di segmen jalur pipa yang tidak wajar itu."

Seluruh jalur pipa di Prabumulih terbagi dalam segmen-segmen. Pipa-pipa paling rawan pencurian membentang dari P3 [Pusat Penampung Produksi] Prabumulih hingga km 3 Plaju.

Selain sepanjang bentangan pipa, patroli juga dilakukan di setiap distrik keamanan. Masing-masing distrik memilik kerawanan yang berbeda. Ada yang rawan pencurian minyak; ada yang rawan pencurian pipa; ada yang rawan pemalakan.