Gempa bermagnitudo 7,3 mengguncang wilayah Sulawesi Utara dan Maluku pada Sabtu (15/11) pukul 09.31 WIB. Gempa mengakibatkan kerusakan beberapa gedung dan menimbulkan tsunami minor setinggi 0,03 meter di Manado dan 0,9 meter di Halmahera.
Kerusakan dan tsunami akibat gempa di zona subduksi ganda lempeng laut Maluku itu memang kecil. Namun, gempa hari ini tak bisa diremehkan dan seharusnya menjadi peringatan akan perlunya kewaspadaan.
Peneliti gempa dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko, dan pakar tektonik dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano, mengatakan bahwa aktivitas seismik wilayah Sulawesi Utara dan Maluku tinggi.
"Potensi gempa tinggi. Sejak tahun 1.600 - 2007, ada 2.800 kejadian gempa dan 10 tsunami," terang Widjo. Gempa dan tsunami terbesar diantaranya terjadi tahun 1858, 1889, dan 1939.
Irwan mengungkapkan, tingginya aktivitas seismik karena subduksi ganda yang terbentuk dari tekanan dari lempeng laut Filipina pada zona Halmahera dengan laju penunjaman 6,7 cm per tahun dan lempeng Eurasia pada zona Sangihe dengan laju 1,7 cm per tahun.
Akibat penunjaman itu, terjadi kompresi arah barat dan timur di bagian tengah. Kompresi memicu gempa, salah satunya gempa hari ini. Gempa umumnya dangkal (kedalaman pusat gempa kurang dari 50 km) tetapi gerakan sesarnya naik sehingga berpotensi tsunami.
Berdasarkan penelitian para ahli gempa pada tahun 2010, sejumlah patahan yang berpotensi memicu gempa di Sulawesi dan Maluku antara lain patahan di Maluku Barat, Maluku Timur, dan Gorontalo.
Para ahli telah berusaha membuat simulasi potensi gempa dan tsunami di masa depan berdasarkan data patahan, karakteristik pantai, dan sebagainya. Widjo mengungkapkan, "Potensi gempa maksimum mencapai 8,1."
Untuk tsunami, potensi gelombang tsunami awal yang ditimbulkan gempa mencapai 1,8 meter. Namun, seirin pergerakan ke pantai, gelombang tsunami semakin tinggi dan diprediksi bisa mencapai 5 meter, 2 - 3 kali lipat dari ketinggian gelombang awal.Tsunami bisa berdampak pada 6 provinsi dan 30 distrik serta dapat mencapai Filipina selatan dalam waktu kurang dari 3 jam. Ketinggian tsunami pada masing-masing wilayah akan bergantung pada jarak dari pusat gempa, karakteristik pantai, dan lainnya.
Dengan potensi gempa dan tsunami tinggi, wilayah sekitar Sulawesi Utara dan Maluku perlu menjadi fokus. Menurut pengamatan Irwan, kesiapan wilayah tersebut menghadapi gempa masih rendah. "Sistem peringatan dini-nya belum baik," katanya.
Widjo mengatakan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebenarnya sudah cukup baik dalam memberikan peringatan dini. Dalam waktu kurang dari 5 menit, sudah mampu memberikan peringatan dini tsunami.
"Namun yang menjadi masalah, diseminasinya di masyarakat di banyak kendala. Soal infrastruktur dan masyarakatnya itu sendiri," ungkapnya. Dengan potensi gempa tinggi, wilayah Sulawesi Utara dan Maluku perlu menjadi fokus pembinaan kesiapan menghadapi gempa.