Alasan Sepak bola Italia Menggilai Taktik Permainan

By , Minggu, 16 November 2014 | 20:00 WIB

Hampir selalu ada perasaan senada ketika para pesepak bola merasakan Serie-A. Pernyataan eks defender Manchester United, Patrice Evra yang pindah ke Juventus pada awal musim 2014-15 bisa menjadi salah satu contoh.

Ketika dimintai komentar oleh Sky Sport Italia tentang perbedaan kompetisi Premier League di Inggris dan Serie-A di Italia, Evra berkata, "Perbedaannya adalah intensitas pertandingan di sini memang kurang, namun lebih taktikal. Jadi, saya harus lebih berkonsentrasi setiap saat dan pantang terlena untuk sejenak sekalipun."

Rekan satu timnya di Juventus, Carlos Tevez merasakan pengalaman serupa. Lebih dulu bermain di Serie-A, Tevez mengakui sepak bola Italia lebih sulit.

"Serie-A adalah liga tersulit. Saya pernah bermain di berbagai negara, namun permainan di sini sangat taktikal, bahkan terlalu taktikal. Akibatnya, menurut saya, inilah liga tersukar," kata pemain asal Argentina ini di Juventus Channel.

Bukan hanya para pemain yang merasakan kekayaan taktik di sepak bola Italia. Manajer Chelsea, Jose Mourinho juga mengakuinya. Dia kaget dengan kemampuan tim-tim Serie-A dalam mengubah strategi dalam satu pertandingan.

Saat menangani Internazionale Milan, Mourinho pernah mengganti taktik di dalam laga. Tiba-tiba, tim lawan meresponsnya dengan ikut berganti strategi. Hal seperti itu menurut Mourinho terjadi dalam setiap pertandingan.

Indikator lain dari kekayaan strategi di sepak bola Italia tergambar dari formasi permainan yang diterapkan oleh klub-klub Serie-A. Musim 2014-15, setidaknya ada tujuh pola permainan yang diadopsi klub. Di sana formasi empat bek dengan segala variannya mulai dari 4-3-3, 4-3-2-1, 4-2-3-1, dan 4-4-2 bisa ditemui. Begitu pula halnya dengan taktik yang mengandalkan tiga defender.

!break!

Foto: Paphotos.co.uk

Akan tetapi, siapa sangka kegemaran sepak bola Italia terhadap taktik tidak lepas dari perasaan inferior yang selama ini dimiliki masyarakat Italia. John Foot dalam buku Winning At All Cost yang ditulisnya menemukan bahwa secara aneh orang-orang Italia merasa kekuatan fisik mereka kalah dibanding orang dari negara lain. Mereka berasumsi bahwa diri mereka tidak punya fisik prima, sehingga tidak mungkin menang dalam adu stamina dan kekuatan tubuh yang vital dalam olahraga.

Atas dasar ini, pelaku sepak bola Italia mulai gemar memikirkan taktik dan pola permainan. Taktik dinilai sebagai sebuah bagian penting dari persiapan dalam menyongsong pertandingan. Mereka yakin taktik bisa menjadi senjata ampuh guna mengatasi kekalahan fisik dan stamina dibanding dengan orang lain.

Pemicu perasaan inferior masyarakat Italia adalah masa-masa buruk pada Abad Kegelapan. Saat itu, sebelum menjadi sebuah negara, wilayah di Italia menjadi jajahan banyak pihak. Austria, Prancis, hingga Spanyol pernah menguasai Italia. Masa-masa itulah yang menyuburkan rasa inferior fisik masyarakat Italia. Mereka tidak yakin dengan kemampuan tubuhnya karena kalah dalam berbagai pertempuran dengan musuh.

Dalam sepak bola, masyarakat Italia akhirnya memilih taktik sebagai cara untuk mengatasi rasa tidak percaya diri mereka dalam fisik. Jangan kaget kalau melihat beragam formasi unik maupun terobosan taktik ketika menyaksikan pertandingan Serie-A. Maklum saja, pelaku sepak bola di sana menggilai taktik permainan setengah mati.