Festival Budaya Sei Mahakam Ditutup Meriah

By , Senin, 17 November 2014 | 11:50 WIB

“Setidaknya ada 1.800 orang berkunjung ke Festival ini,” ungkap Dinartisti, Ketua Pengelola Bentara Budaya Jakarta. Keramaian pengunjung Festival Budaya Sei Mahakam ini terjadi karena serangkaian acara yang dikemas tiap harinya. Mulai dari demo masak, pertunjukan tari dan pembuatan anyaman, serta seminar yang membahas tuntas budaya Kalimantan Timur.

Serangkaian acara penutup dirancang untuk semakin memperkuat dan memperkenalkan budaya Kalimantan Timur kepada khalayak, khususnya di Jakarta. Peragaan busana dengan membawakan pakaian khas Kalimantan Timur menambah semaraknya penutupan Festival Budaya Sei Mahakam. 

Tari Hudoq pun dengan apik ditampilkan. Tarian yang biasa dilakukan sebelum menaman padi. Caranya dengan mengukur matahari. Mengukur matahari ini juga dilakukan Suku Dayak, Aztek, dan bangsa Tiongkok.

Tak hanya itu, para pengunjung juga disuguhkan minuman khas Kalimantan Timur, yakni air tape. “Rasanya kecut, manis, nano-nano,” jelas Hangin. 

Kembali ke rumah

Sepanjang rangkaian acara, pengunjung dapat melihat dua buaya sangatta yang dibawa langsung dari Museum Kayu Tuah Himba, Tenggarong. 

Setelah hampir satu bulan meninggalkan ‘rumahnya’ di Kalimantan Timur, dua buaya yang telah menelan manusia ini bersiap kembali. Minggu (16/11) malam, tim dari Kesultanan Kutai Kartanegara dan dinas peternakan mulai membereskan dua buaya sangatta untuk selanjutnya dikembalikan ke Museum Kayu Tuah Himba.

Persiapan pengembalian Buaya Sangatta ke Museum Kayu Tuah Himba. Setelah dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta sejak 6 November hingga 16 November 2014. (Elisabeth Novina)

Saking panjangnya, Buaya Sangatta ini harus menaiki kapal dan dimasukkan dalam kontainer karena pesawat pun tidak mampu menampungnya. “Panjang buayanya 5,50 meter, sementara pintu pesawat cuma 5,25 meter. Tidak cukup makanya dibawa pakai kapal,” ujar Gunawan dari dinas peternakan.

Memboyong dua buaya legendaris yang telah diawetkan ini untuk dipamerkan di Jakarta bukan perkara mudah, berbagai prosedur panjang harus dilakukan. “Buaya dibawa atas seijin sultan, bupati, dan dinas setempat. Ada juga karantinanya. Tidak sembarangan dibawa,” kata Eddy Mulyadi, Ketua Yayasan Total Indonesia. 

Setelah hampir satu bulan meninggalkan ‘rumahnya’ di Museum Kayu Tuah Himba, pada 18 November sepasang buaya ini akan meninggalkan Jakarta. “Estimasinya tanggal 21 November sudah sampai Samarinda,” kata Eddy Mulyadi.

Berbagai kekhasan Kalimantan Timur sudah dirasakan pengunjung sejak 6 November hingga 16 November 2014 di Bentara Budaya Jakarta. Diharapkan masyarakat makin menyadari betapa kayanya budaya Indonesia.