Menyusuri Majapahit dengan Panduan Peta National Geographic Indonesia

By Mahandis Yoanata Thamrin, Minggu, 23 November 2014 | 19:30 WIB
Di pelataran Gapura Wringin Lawang, Hasan Djafar menjelaskan tentang sebaran situs Majapahit. (Mahandis Yoanata Thamrin)

 

Poster sisi seni "Kota Agung yang Sirna", sisipan National Geographic Indonesia edisi September 2012. Lembaran ini menampilkan aspek keruangan dan tata kota Majapahit, hingga rekonstruksi bentuk rumah dari temuan arkeologi. (National Geographic Indonesia)

 

 
Poster sisi peta "Tanah Leluhur Para Raja Jawa", sisipan National Geographic Indonesia edisi September 2012. Lembaran ini menampilkan peta geografi dan jaringan kanal Majapahit yang berkait dengan Gunung Penanggungan, dan gambaran kehidupan di tepian kanal metropolitan Majapahit berdasar temuan arkeolog dan catatan semasa. (National Geographic Indonesia)

Hasan Djafar tengah menerangkan tentang kondisi Gapura Wringin Lawang. (Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia)
Hasan Djafar tengah menerangkan tentang kondisi Gapura Wringin Lawang kepada peserta Cultural Trip dari Gelar Nusantara. (Mahandis Y. Thamrin/NGI)

Sebuah gapura akan mengantarkan siapa saja ketika memasuki kompleks bangunan. Di lembaran sisi seni, Mang Hasan menunjukkan hasil rekonstruksi rumah zaman Majapahit yang repihannya masih bisa dijumpai di Pusat Informasi Majapahit, Museum Trowulan. “Di kompleks tertentu ada tembok kelilingnya lagi.”

“Halaman di tata seperti ini,” ujarnya sembari menunjuk kembali ilustrasi pelataran rumah zaman Majapahit yang disusun atas batu-batu kali yang dipadukan dengan batu bata. “Ini bukan rekonstruksi, tetapi kita menggali dan menjumpainya sudah dalam keadaan seperti ini.”

Poster National Geographic memerikan sisi seni dan sisi peta. Dalam sisi seni, digambarkan keruangan Metropolitan Majapahit dari aspek bentang alam, kompleks permukiman hingga rumah warganya. Sementara, sisi peta menunjukkan lokasi wilayah kekuasaan Majapahit dan suasana kehidupan di sudut tepian kanal kotanya. 

Siang itu Mang Hasan memandu ke beberapa situs penting tinggalan metropolitan kuno yang dibangun dengan teknologi dan tata kelola pengairan modern. Situs ini merupakan satu-satunya kota kuno yang ditemukan di Indonesia. “Inilah Kota Majapahit!”