Pendaki asal Bandung, Dr. Fitra Widianwari, yang meninggal dunia di kawasan Gunung Binaya, Kabupaten Maluku Tengah setelah diduga terserang hipotermia—ternyata merupakan seorang peneliti senior di Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) Jakarta.
Fitra diketahui meninggal dunia setelah seorang pendaki asal Ambon yang ikut mengevakuasi korban menghubungi pihak Balai Taman Nasional Manusela, Senin (8/12).
“Adik saya itu bekerja di Jakarta. Dia seorang peneliti senior di LIPI, dia kerja sebagai peneliti di sana sudah sangat lama,” ungkap Gadit, kakak kandung korban, Senin siang.
Kepala Balai Taman Nasional Manusela, Tabur Muhamad, juga membenarkan kalau Fitra adalah seorang peneliti LIPI. Saat melakukan registrasi untuk mendaki ke Gunung Binaya, korban menulis identitasnya sebagai peneliti.
“Dia seorang PNS, dia peneliti LIPI. Jadi, dia naik ke Gunung Binaya bukan untuk penelitian tapi untuk mendaki saja,” ujarnya.
Proses evakuasi korban masih terus dilakukan sejumlah pendaki lokal asal Ambon. Kondisi medan yang berat membuat proses evakuasi mengalami kendala dan masih terus berlangsung. Proses evakuasi dibantu tim Basarnas Ambon dan tim dari Balai Taman Nasional Manusela.
Saat ini, istri dan kakak kandung korban telah berada di Kabupaten Maluku Tengah untuk menanti proses evakuasi korban.
Korban mendaki Gunung Binaya bersama dua rekannya dari Ambon sejak tanggal 30 November lalu. Namun kondisi cuaca yang sangat buruk membuat korban kemungkinan terkena hipotermia dan harus dievakuasi dari ketinggian 2.080 mdpl.
Hipotermia adalah kondisi di mana mekanisme pengaturan suhu tubuh kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Orang yang terkena hipotermia ringan mengalami gejala-gejala seperti berbicara melantur, kulit menjadi sedikit berwarna abu-abu, detak jantung melemah, tekanan darah menurun, dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha tubuh untuk menghasilkan panas.