Menjelang Natal, Oratorio Bach Membahana di Langit Jakarta

By , Rabu, 10 Desember 2014 | 17:23 WIB

Selasa kemarin malam (9/12/2014), Gereja Immanuel yang terletak di kawasan Gambir, Jakarta Pusat punya hajatan. Menjelang Natal, gereja tua yang termasuk cagar budaya DKI Jakarta itu menggelar pagelaran musik klasik. Paduan Suara dan Orkestra Fakultas Seni Pertunjukan Universitas Kristen Satya Wacana dengan konduktor Ulrich Kramer asal Jerman mementaskan Oratorio Natal karya komponis Jerman, Johann Sebastian Bach.

Karya-karya Bach dikenal identik dengan musik rohani. Komponis yang lahir pada 1685 di Eisenach, Thuringia, Jerman ini, dalam perjalanan karier bermusiknya pernah menjadi penyanyi koor di Gereja Michaliskirche, di kota Luneburg. Ia juga pernah menjadi pemain organ handal di gereja Santo Blasius, Mulhausen.

Seperti yang dikatakan Bach, "Satu-satunya tujuan musik harus mengusung kemuliaan Tuhan dan rekreasi jiwa manusia." Dan malam itu di gereja Immanuel musiknya kembali memuliakan Tuhan dan menghibur ratusan hadirin yang tidak semuanya beragama Kristen.

Salah satunya tokoh industri kreatif Indonesia yang hadir bersama anak istri, Yudhi Soerjoatmodjo. Ia datang karena diundang oleh kenalannya. Sudah lama sekali membayangkan betapa indahnya kalau bisa ada konser J.S. Bach di Gereja Immanuel di Gambir. Yudhi merasa senang mendapat undangan untuk menonton Oratorionya Bach, katanya, “Kapan lagi bisa nonton pementasan luar biasa di lokasi luar biasa seperti ini?”

Seperti yang dikatakan Bach, "Satu-satunya tujuan musik harus mengusung kemuliaan Tuhan dan rekreasi jiwa manusia."

Oratorio Natal yang dikenal sebagai Weihnachts – Oratorium BWV 248 ini biasanya dipentaskan dalam suasana Natal. Komposisi ini ditulis oleh Bach tahun 1734 juga dalam susana natal. Dalam pementasan kali ini konduktor Ulrich Kramer membaginya dalam dua sesi.

Sesi pertama dibuka paduan suara yang menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan. Ada sembilan lagu di sesi pertama yang dibawakan bergantian oleh empat solois, Eriyani Tenga Lunga (suara Soprano), Elvira Hoesein Radia (suara Alto), Jolies Firman Dicky (suara Tenor) dan Felix Avianto Hendrasmoro (suara Bass). Setiap sesinya lebih kurang memakan waktu 20 menit.

Ulrich Kramer tampil ekspresif. Gestur tubuh dan mimiknya memandu paduan suara yang berjumlah 42 orang dan orkestra yang terdiri dari 16 pemain musik. Semuanya adalah mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan Universitas Kristen Satya Wacana. Ulrich Kramer sendiri seorang pengajar musik dan geografi. Ia mendalami paduan suara di Johanes Uhle/Frieder Bernius dan belajar orkestra pada Peter Braschkat di Heidelberg Mannheim Orchestra. Ia meraih gelar master pada tahun 1995 untuk bidang Conducting.

Ulrich Kramer, sang konduktor asal Jerman, tengah tampil ekspresif. Gestur tubuh dan mimiknya memandu paduan suara yang berjumlah 42 orang dan orkestra yang terdiri dari 16 pemain musik. (Feri Latief)

Untuk pagelaran kali ini ia hanya berlatih seminggu dengan para mahasiswa. Semua ini bisa terlaksana karena dukungan dari kedutaan besar Jerman di Jakarta. Dalam pidato pembukaan, Rektor UKSW Prof. Pdt. John A. Titaley, Th.D menyatakan semoga kerjasama kesenian ini bisa berlanjut terus ditahun-tahun selanjutnya. Duta besar Jerman untuk Indonesia, Dr. Georg Witschel, hadir juga dalam Oratorio itu.

“Anda menyimak musik yg tepat di tempat yg tepat. Bach identik dengan musik rohani, tempat konsernya pas bener di Willemskerk!”

Sesi kedua membawakan sebelas lagu. Lagu penutupnya juga berupa pujian kepada Tuhan yang dinyanyikan oleh paduan suara dan solois. Saat konser berakhir penonton berepuk tangan panjang untuk memberi penghormatan kepada konduktor, pemain musik dan penyanyi yang menyajikan Orotario Bach.

Ini kesempatan langka, bisa mendengar karya Bach di gereja Immanuel yang dibangun oleh umat Lutheran di Batavia pada 1834. Pada bangunan itu kemudian dicantumkan nama Willemskerk, sebagai penghormatan kepada Raja Willem I dari Belanda.

Seperti kicauan seorang rekan wartawan dari akun twitternya saat dia mengetahui saya menonton konser ini, “Anda menyimak musik yg tepat di tempat yg tepat. Bach identik dengan musik rohani, tempat konsernya pas bener di Willemskerk!”Dan, malam itu Oratorio Bach membahana di langit Jakarta.