Penundaan Kurikulum 2013 Dinilai Tepat

By , Kamis, 11 Desember 2014 | 07:15 WIB

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengedarkan surat penundaan pelaksanaan Kurikulum 2013 ke seluruh sekolah di Indonesia sejak Jumat (5/12) lalu.

Tak hanya menunda, sekolah-sekolah juga diharapkan kembali menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 terhitung mulai semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015.

Berbagai dukungan pun terjadi di sejumlah sekolah yang telah menerapkan sistem kurikulum 2013. Padahal tercatat sebanyak 6.221 sekolah di 295 kabupaten/kota seluruh Indonesia yang ditunjuk sebagai sekolah percontohan. Ribuan sekolah tersebut terdiri atas 2.598 sekolah dasar, 1.437 sekolah menengah pertama, 1.165 sekolah menengah atas dan 1.021 sekolah menengah kejuruan. Sedangkan, pihak Kemendikbud mencatat saat ini ada 208 ribu sekolah di seluruh Indonesia yang sudah melaksanakan Kurikulum 2013.

Menurut seorang guru Bahasa Inggris di SMA Mandalahayu Bekasi menilai setuju dengan pemberhentian kurikulum 2013 karena kurikulum 2013 merupakan sistem yang dipaksakan dengan kurung waktu yang singkat. “Sosialisasinya sangat singkat, sebab tidak mudah merubah dari KTSP 2006 menjadi Kurikulum 2013. Lagipula tidak semua sekolah bisa menerapkan kurikulum 2013,” ujar Zamratul Khairah saat ditemui di SMA Mandalahayu (10/12).

Khairah menjelaskan bahwa sekolah SMA Mandalahayu akan tetap menggunakan Kurikulum 2013 sampai dua angkatan terakhir lulus, dan sekolah tersebut sudah menjadi sekolah percontohan.

“Kemarin distribusinya terganggu, lumayan lama sekitar dua bulan lebih baru sampai ke sekolah. Ketika sampai di sekolah, bukunya juga tidak sesuai dengan jumlah yang diminta. Bahkan satu buku digunakan dengan dua siswa,” lanjutnya.

Selain itu, guru di SMA Mandalahayu sudah beberapa kali menjalani diklat seperti guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Sejarah, dan Pendidikan Kesehatan dan Jasmani (Penjas).

Tidak jauh berbeda dengan sekolah SMP Negeri 4 Tambun Selatan, Bekasi menilai Kurikulum 2013 terlalu dipaksakan untuk hadir tanpa melalui proses pengkajian yang panjang. “Kurikulum 2013 terlalu dipaksa, memang ada sosialisasi dari awal tapi guru hanya diminta tanggapan saja,” ujar Suardi, Guru Matematika di SMPN 4 Tambun Selatan.

Ia menilai bahwa Kurikulum 2013 dari materi agak berat karena menggunakan metode-metode yang cukup rumit untuk siswa. “Bagi saya, KTSP 2006 lebih baik, karena terbitnya Kurikulum 2013 tidak dikaji dengan baik. Padahal KTSP 2006 belum ada cacatnya. Pemerintah juga tidak memberi gambaran apa kelemahan KTSP 2006 dan kenapa harus diubah,” tambahnya.

Sementara distribusi buku Kurikulum 2013 kemari di SMPN 4 Tambun Selatan sangat terlambat hampir tiga bulan dan menjelang Ujian Tengah Semester.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 yang masih berpusat pada guru, sedangkan Kurikulum 2013 berpusat pada anak. Di mana Kurikulum 2013 menerapkan karakter building, membentuk karakter anak, serta meningkatkan rasa ingin tau yang tinggi terhadap anak. Juga membangun kreativitas anak, membuat anak lebih bertanggung jawab, serta menciptakan sesuatu yang tidak harus selalu mendengar apa yang diucapkan guru.