Direktur KEHATI: Wisata di Setiap Daerah Harus Berbeda

By , Kamis, 11 Desember 2014 | 19:43 WIB

Direktur Eksekutif Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI), MS Sembiring, ingatkan pemerintah daerah untuk lebih menonjolkan perbedaan untuk pengembangan wisata daerahnya.

Hal ini disampaikan pada saat menjadi salah satu pembicara dalam sesi di Indonesia Tourism Investment Day 2014, Jakarta (10/12).

"Makna sesungguhnya dari wisata itu adalah perbedaan," kata Sembiring hadapan undangan yang banyak berasal dari kalangan investor dan pemerintah daerah.

Oleh karena itu, dalam berinvestasi untuk mengembangkan kawasan wisata, disarankan untuk tidak menduplikasi yang sudah ada di daerah lain. "Kalau seperti itu, orang tidak akan datang," tambahnya.

Selama ini, Yayasan KEHATI yang dipimpinnya sudah banyak mengembangkan ekowisata yang bertujuan untuk pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Yayasan yang sudah berusia 20 tahun ini menghubungkan antara pelaku usaha dengan kegiatan pelestarian lingkungan, salah satunya adalah ekowisata. Program tersebut lebih banyak menonjolkan keunikan dan perbedaan dengan kawasan-kawasan lain.

Ekowisata yang dikembangkan oleh Yayasan KEHATI di antaranya Jaringan Ekowisata Desa, ekowisata di Kepulauan Derawan, Kepulauan Seribu, dan di Kepulauan Sangihe.

Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI memberikan presentasi dalam acara Indonesia Tourism Investment Day 2014 (Foto: Dok. KEHATI)

Selain itu, Sembiring juga mengingatkan pada investor dan pemerintah daerah untuk tidak terlalu fokus pada pasar internasional. "Harus dipertimbangkan juga pasar domestik. Lihat saja, okupansi hotel-hotel mahal di Bali sebagian besar diisi oleh wisatawan domestik," katanya.

Jika pengembangan wisata daerah mampu menarik 10 persen saja dari total penduduk Indonesia, maka jumlahnya cukup signifikan untuk membuat wisata tersebut berkelanjutan.

Sementara itu, pada acara yang sama, Menteri Pariwisata, Arief Yahya menantang para investor untuk mengembangkan Sea-Plane. "Saya akan permudah izinnya untuk ini," ujarnya.

Menurut menteri yang fasih dalam bidang telekomunikasi itu, jenis pesawat amfibi tersebut sangat cocok untuk karakter wilayah Indonesia yang berupa kepulauan. Akses melalui transportasi ini penting karena seberapa pun indahnya wisata di Indonesia, jika tidak ada akses yang memadai maka tidak bisa disebut sebagai destinasi wisata.

Selanjutnya Arief juga berpesan pada pemerintah daerah maupun instansi terkait untuk dapat memberikan insentif pajak bagi investor wisata yang datang ke Indonesia. "Dimurahin saja biar sustain," katanya.

Pemerintah daerah diingatkan untuk tidak tergiur pada uang besar di awal, karena memberikan pajak yang terlalu tinggi akan menyulitkan investor untuk masuk.