Paus Fransiskus tidak akan bertemu dengan Dalai Lama saat pemimpin spiritual Tibet itu berkunjung ke Roma akhir pekan ini. Demikian ujar juru bicara Vatikan, Kamis (11/12), tentang langkah yang tampaknya dipilih untuk menghindari kecaman Tiongkok.
Dalai Lama dijadwalkan tiba di Roma pada Jumat untuk melakukan kunjungan selama tiga hari dan menghadiri pertemuan dengan para pemenang hadiah Nobel.
Ajang ini seharusnya digelar di Afrika Selatan, tetapi kemudian dipindahkan ke Italia setelah Pretoria yang tengah berusaha meningkatkan hubungan ekonomi dengan Tiongkok menolak menerbitkan visa untuk pemimpin spiritual berusia 79 tahun itu.
Sejumlah sumber di Vatikan mengatakan, keputusan untuk tidak bertemu dengan Dalai Lama ini menunjukkan kekhawatiran akan kemungkinan reaksi negatif dari Tiongkok. Selain itu, langkah tersebut dipilih untuk tidak mengganggu upaya Vatikan memperbaiki hubungannya dengan Tiongkok.
"Paus Fransiskus sangat menghormati Dalai Lama, tetapi beliau tidak dijadwalkan bertemu dengan salah seorang dari para pemenang hadiah Nobel. Sri Paus hanya akan mengirimkan pesan video ke konferensi para pemenang Nobel," demikian juru bicara Vatikan.
Terakhir kali Dalai Lama bertemu dengan pemimpin Gereja Katolik dunia adalah delapan tahun lalu saat mengunjungi Paus Benediktus XVI pada Oktober 2006.
Terakhir kali pertemuan Dalai Lama dengan pemimpin Gereja Katolik dunia delapan tahun lalu.
Sejumlah kritik dilayangkan terhadap langkah pasif Vatikan itu yang dianggap bertentangan dengan keinginan Paus Fransiskus untuk meningkatkan dialog antaragama.
Apalagi, hubungan antara Gereja Katolik dan agama Buddha tampaknya akan menjadi tema utama dalam kunjungan Paus Fransiskus ke Sri Lanka bulan depan.
Vatikan tak memiliki hubungan diplomatik dengan Tiongkok sejak hubungan itu diputuskan Mao Zedong pada 1951.
Dalam kunjungannya ke Korea Selatan pada Agustus lalu, Paus menyerukan normalisasi hubungan diplomatik kedua negara.
Meski demikian, Paus menekankan hubungan diplomatik kedua negara bisa dipulihkan jika umat Katolik Tionghoa mendapatkan kebebasan untuk menjalankan agamanya. Syarat lain yang ditekankan Paus Fransiskus adalah Vatikan memiliki hak untuk menunjuk para uskup di negeri dengan penduduk terpadat di dunia itu.
Diperkirakan sebanyak 12 juta warga Tiongkok memeluk Katolik, separuh dari mereka menjalankan ibadah di bawah gereja yang dikendalikan pemerintah. Sisanya secara diam-diam beribadah di gereja-gereja bawah tanah yang setia kepada Vatikan.