Greenpeace <i>Mencoreti</i> Situs Bersejarah Nazca di Peru

By , Minggu, 14 Desember 2014 | 11:30 WIB

Greenpeace sering dianggap kurang mempunyai kepekaan terhadap kebudayaan dan kerap menyinggung perasaan warga pribumi. Setelah beberapa kasus kontrovesial yang dilakukan Greenpeace, kelompok ini kembali menjadi sorotan.

(Baca juga: Aktivis Greenpeace Ditahan Polisi Lantaran Coba Hentikan Tanker Rusia)

Greenpeace menuliskan “Time for Change! The Future is Renewable, Greenpeace” pada peninggalan kuno suku Nazca berbentuk burung kolibri. Padahal situs bersejarah tersebut begitu dilindungi dan bermakna bagi masyarakat Peru. Bahkan UNESCO menetapkannya sebagai Situs Warisan Dunia sejak 1994.

Dikutip dari The Guardian, Deputi Menteri Kebudayaan Peru Luis Jaime Castillo akan melarang Greenpeace untuk memasuki wilayah yang mempunyai gambar burung kolibri besar tersebut. 

Tujuan Greenpeace menuliskan pesan itu untuk menyadarkan dunia akan perubahan iklim yang kian mengganas. Namun langkah yang diambil dengan melakukan aksi fandalisme pada peninggalan bersejarah dinilai kurang tepat.

“Peru pun setuju dengan Greenpeace. Kami juga merasa prihatin dengan perubahan iklim,” ujar Luis Castillo Jaime, “Bukan berarti tindakan ini dapat dibenarkan.”

Banyaknya pihak yang menganggap aktivis lingkungan ini merusak peninggalan kuno, Greenpeace pun melayangkan permintaan maafnya kepada rakyat Peru. 

Kyle Ash, juru bicara Greenpeace mengatakan, “Tanpa keraguan Greenpeace meminta maaf kepada rakyat Peru. Ini adalah pelanggaran yang disebabkan oleh aktivitas terbaru kami yang meletakkan pesan harapan di lokasi garis Nazca yang sungguh bersejarah itu. Kami sangat menyesal.”

Ia juga mengungkap bahwa kelompok ini telah berusaha mencoba menyuarakan kebenaran tanpa melakukan perusakan. "Ini begitu mengejutkan dan merupakan jenis pelanggaran moral. Kami menyesal dan ingin mencari cara mengatasinya," paparnya kepada The Guardian.

(Baca juga: PBB Gelar Konferensi Iklim, Hasilnya Masih Membingungkan)

Tindakan penulisan pesan itu sebagai bentuk harapan terhadap Konferensi Iklim yang digelar PBB sejak awal Desember 2014 ini. “Perbuatan kami ceroboh dan kasar,” tambahnya.