Evakuasi Korban Longsor Banjarnegara

By , Selasa, 16 Desember 2014 | 11:10 WIB

Telah lebih dari tiga hari sejak bencana longsor Banjarnegara, Jawa Tengah, terjadi, jasad korban yang belum ditemukan dipastikan mulai membusuk.

Di udara terbuka, pembusukan membuat tubuh korban berwarna hijau kehitaman. "Jasad korban yang tertimbun longsor akan berwarna hijau kecokelatan seperti warna tanah tempat mereka ditemukan," demikian Guru Besar Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Agus Purwadianto menuturkan kepada Kompas, di Jakarta (15/12).

"Jasad korban bisa diidentifikasi dari baju, rambut, perhiasan, kartu identitas yang dibawa, atau informasi lain—seperti postur dan tinggi badan," katanya. Oleh karena itu, pengumpulan informasi semasa hidup (antemortem) korban yang hilang dari keluarga sangat penting. Data yang dibutuhkan tak hanya jenis kelamin dan usia, tetapi juga berbagai informasi kesehatan korban yang memudahkan kerja tim identifikasi korban bencana.

Untuk relawan, perlu berhati-hati. Jika memungkinkan, memakai sepatu bot setinggi lutut agar mudah menyelamatkan diri jika terperosok. "Penggunaan sarung tangan tebal dan sepatu bot adalah keharusan," kata Agus.

LONGSOR BANJARNEGARA Tim gabungan mencari dan mengevakuasi korban tertimbun longsor di Kabupaten Banjarnegara. (Foto: Dok. BNPB/Sutopo Purwo Nugroho)

Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UI Yuli Budiningsih menambahkan, jika relawan dan tim evakuasi tak sehat, sebaiknya istirahat.

"Relawan harus tahu batas kekuatannya," ujarnya. "Keselamatan relawan adalah hal utama. Jika kondisi tak memungkinkan untuk evakuasi dan identifikasi korban, proses itu sebaiknya ditunda hingga aman agar tak muncul masalah baru."

Di saat bersamaan, informasi proses evakuasi dan berbagai kondisi yang menyertai harus disampaikan kepada keluarga korban sehingga keluarga korban dan masyarakat paham situasi terjadi.

Dalam waktu kurang dari 24 jam, proses pembusukan jenazah mulai terjadi.

Menurut Agus, karena tubuh korban tertimbun longsoran, proses pembusukan lebih lambat dibandingkan jika jasad korban ada di udara terbuka. Namun juga, kondisi tanah berair mempercepat pembusukan.

Proses pembusukan korban yang tertimbun longsor tak menimbulkan penyebaran kuman penyakit ke lingkungan. Sebab, jasad korban tertimbun tanah dan mereka dari komunitas sehat. "Relawan harus rajin cuci tangan dan minum air dari sumber terlindung," ucapnya.