Dahulu, rumah itu pernah dijadikan tempat penitipan bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus. Sekarang, rumah itu dibiarkan kosong, karena pemiliknya tidak menyetujui setiap rencana terhadap rumah tersebut.
Braunau adalah kota kecil di Austria utara, di dekat perbatasan dengan Jerman. Tetapi, kota itu memiliki beban warisan sejarah. Tidak jauh dari alun-alun kota, berdiri bangunan rumah peninggalan abad ke-17 di mana Adolf Hitler lahir pada 1889.
Keluarga Hitler, yang menyewa ruangan lantai atas, bukanlah warga asli Braunau. Ayahnya, Alois, petugas pajak, ditugaskan di kota tersebut. Di rumah itu, Adolf Hitler hanya tinggal selama beberapa minggu, sebelum keluarganya pindah ke alamat lain di kota itu.
Daya tarik bagi Neo-NaziWarga setempat mengatakan rumah itu masih menarik beberapa simpatisan Neo-Nazi.
"Saya bahkan menyaksikan orang-orang dari Italia atau dari Prancis datang ke sini, untuk tujuan pemujaan," kata Josef Kogler, seorang guru di Braunau.
Kementerian Dalam Negeri Austria mengkhawatirkan rumah itu akan disalahgunakan oleh kelompok Neo-Nazi sebagai tempat ziarah, sehingga mereka menyewanya sejak tahun 1972. Selama bertahun-tahun rumah itu digunakan sebagai tempat penitipan anak bagi anak-anak kebutuhan khusus. Namun pada tahun 2011, masa sewa itu berakhir.
Menurut Florian Kotanko, seorang sejarawan lokal, pemilik rumah itu yaitu Gerlinde Pommer tidak setuju apabila bangunan rumah direnovasi.
"Dia tidak mengizinkan rumah itu diubah," kata Kotanko.
Sebelumnya sudah ada tawaran untuk mengubah itu menjadi apartemen atau museum. Bahkan seorang warga Rusia menawar untuk membelinya dan berencana membongkarnya.
Pro dan kontraKementerian Dalam Negeri Austria baru-baru ini telah meminta masukan berbagai pihak untuk mencari jalan keluar terhadap keberadaan rumah tersebut. Sejauh ini pemilik rumah, Gerlinde Pommer tidak tersedia berkomentar.
Bagaimanapun, keberadaan rumah kelahiran Adolf Hitler itu telah menimbulkan kenangan tidak nyaman bagi warga kota Braunau.
Beberapa, termasuk politikus sayap kanan di kota Braunau, Christian Schilcher, mengatakan sudah saatnya masyarakat tidak disibukkan dengan kontroversi itu.
"Orang-orang sudah muak," katanya. "Masalah ini membuat citra Braunau menjadi buruk. Kami ingin kota ini terkenal dengan pariwisatanya, bukan kota tempat kelahiran Hitler."
Tetapi bagi warga lainnya, termasuk Florian Kotanko, upaya mengabaikan kenyataan sejarah seperti itu harus dihindari.