Siapa sih yang nggak tahu Pasar Santa? Pasar yang mati suri selama 7 tahun, akhirnya hidup kembali dan mengejutkan warga Jakarta dengan berbagai kedai makanan dan minuman di lantai foodcourtnya. Pasar yang menjadi salah satu pilihan tempat nongkrongnya anak muda di akhir pekan. Pasar yang menjadi tempat kreatifitas dan wirausahawan muda.
Hidup kembalinya Pasar Santa diawali dengan hadirnya A Bunch of Caffeine Dealers (ABCD) Coffee sejak Januari 2013. Hendry Kurniawan dan Ve Handojo lah yang mendirikan ABCD Coffee tersebut.
Mereka berdua adalah orang yang bergerak di industri kopi. Hendry seorang trainer dan konsultan yang menjadi orang pertama mendapatkan sertifikat di ASEAN dan menjadi juri di kejuaraan barista dunia dan peramu kopi internasional.
Ve ketika ditemui disela kesibukannya di Pasar Santa, ia menegaskan ABCD Coffee bukanlah kedai untuk ngopi tapi sekolah untuk bisa menghasilkan kopi terbaik. Menurutnya, awal mula ABCD di Pasar Santa ini hanyalah untuk tempat ngumpul orang-orang pecinta kopi, dan tempat latihan untuk barista-barista sebelum mengkuti kompetisi dan ABCD bergerak di specially arabic.
“Karena layout ABCD Coffee adalah untuk kompetisi dunia, jadi barista yang maju ke kompetisi, tempat ini bisa digunakan sebagai tempat latihan, dan Hendry sebagai pelatihnya,” kata Ve.
Ve bercerita bahwa networking Hendry sampai internasional, bahkan kenal semua juara roaster terbaik dunia. Tak heran jika mereka sering mendapatkan coffe beans dari roaster hebat. “Lama-lama kok kopi ini jadi banyak banget, dan kalau rusakkan sayang banget,” tambahnya.
Jika ditanya, mengapa ABCD Coffee hanya untuk belajar membuat kopi terbaik dan bukan untuk kedai. Ve punya jawabannya.
“Dengan tidak tereksposnya orang-orang tentang kopi membuat kita berpikir gimana kalau buka sekolah tentang kopi. Di mana untuk membuka tempat di mana orang-orang dapat belajar tentang kopi, bagaimana tekniknya, dan mengapa harus minum kopi,” jelas Ve.
Ve menilai banyak industri kopi berkembang pesat di Jakarta tapi yang mereka ciptakan adalah kafe lifestyle bukan kopi lifestyle. “Kafe kopi di Jakarta diciptakan untuk kafe lifestyle buka kopi lifestyle. Orang-orang mengaku pencinta kopi tapi sebenarnya hanyalah pecinta kafe,” ujarnya.
Berbagai program dilakukan di ABCD Coffee seperti tagar (tanda pagar) ngopidipasar, membagikan kopi gratis kelas premium dan mengundang orang untuk mencoba kopi yang telah dibuat. Mengapa? Karena mereka ingin melihat seberapa besar apresiatif orang-orang tentang kopi.
Namun, jangan khawatir, ABCD Coffee tidak memasang tarif, walau pihaknya memasang sebuah toples berwarna merah. “Ya toples itu sebagai apresiasi aja, kami tidak memasang tarif dan memaksa harus membayar. Tapi kalau menurutmereka kopi yang kami buat enak ya silahkan menilai,” kata Ve.
Dengan program tersebut, Ve menilai apresiasi warga sangat baik dan mulai percaya diri untuk memulai School of Coffee dan saat ini ABCD Coffee sudah memiliki lima kelas untuk kelas praktik dan lecture. Di mana kelas praktik yang terdiri 2 instruktur dan 2 pelajar, dan kelas lecture bisa sampai 8 orang pelajar.