Kisah yang Tersisa dalam Pembantaian Sekolah di Peshawar

By , Minggu, 21 Desember 2014 | 08:12 WIB

Beberapa detail mengerikan dari tragedi pembantaian 148 orang di sebuah sekolah di Peshawar, Pakistan, muncul ke permukaan, Jumat (19/12).

Harian terbitan Pakistan Dawn mengabarkan, salah seorang penyerang bernama Abuzar menghubungi komandannya untuk menanyakan langkah selanjutnya.

Abuzar menghubungi komandannya setelah dia dan kawan-kawannya telah membunuh 132 anak-anak dan sembilan orang staf pengajar di sekolah yang dikelola angkatan darat Pakistan itu.

"Kami sudah membunuh semua anak-anak di auditorium. Apa yang harus kami lakukan sekarang?" tanya Abuzar.

Para petinggi militer Pakistan mengidentifikasi sang komandan sebagai Umar Khalifa Adizai, pemimpin Taliban di wilayah Peshawar.

"Tunggu sampai para tentara datang, bunuh mereka semua sebelum kalian meledakkan diri," jawab Umar.

Percakapan itu, ujar para pejabat militer Pakistan, adalah satu dari percakapan terakhir antara para penyerang dan komandan mereka beberapa saat sebelum dua anggota Taliban yang tersisa terlibat baku tembak dengan pasukan khusus Pakistan.

Transkrip percakapan itu dirilis sebagai dokumen intelijen yang dibagi oleh Panglima AD Pakistan Jenderal Raheel Sharif dengan para pejabat Afganistan.

Jenderal Sharif melawat ke Afganistan untuk berbagi "elemen penting intelijen" karena para petinggi militer yakin bahwa pembantaian di Peshawar itu diperintahkan pemimpin Taliban Pakistan, Maulana Fazlullah.

Pakistan menduga Fazlullah bersembunyi di provinsi Nuristan, Afganistan. Sejumlah petinggi keamanan mengatakan, pembicaraan telepon Umar dapat dilacak hingga di distrik Nazian, provinsi Nangarhar, Afganistan.

Pakistan ingin agar Pemerintah Afganistan menggunakan informasi intelijen itu untuk mengambil tindakan terhadap para pemimpin Taliban Pakistan.