Mengapa Pesawat Harus Menghindari Awan Kumulonimbus?

By , Senin, 29 Desember 2014 | 18:15 WIB

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa saat pesawat AirAsia QZ8501 melintas di kawasan sekitar Belitung dan Kalimantan Barat terdapat awan Kumulonimbus (Cb). Awan ini rupanya menjadi momok menakutkan bagi dunia penerbangan.

Direktur Utama AirNav Bambang Tjahjono bahkan menyebut awan jenis itu adalah musuh bersama dunia penerbangan.

"Kalau yang namanya Cb itu harus dihindari, jangan terbang ke (dalam) situ karena awan Cb itu adalah musuh bersama penerbangan," kata Bambang di kantor Otoritas Bandara, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (29/12).

Bambang menuturkan apabila ada pesawat yang nekat masuk ke gumpalan awan Kumulonimbus, maka pesawat akan mengalami turbulensi hebat. "Itu pasti kebanting ke atas ke bawah," katanya.

Direktur Safety dan Standard AirNav Wisnu Darjono menambahkan bahwa awan kumulonimbus biasa berada di ketinggian 2.000 kaki-50.000 kaki. Meski berada pada level ketinggian tertentu, dia menyebutkan ketinggian di bawahnya akan tetap terkena imbas dari awan itu. (Baca juga BMKG: AirAsia QZ8501 Berhadapan dengan Awan Kumulonimbus hingga 48.000 Kaki).

Diberitakan sebelumnya, BMKG telah memberi peringatan bahwa di kawasan sekitar Belitung dan Kalimantan Barat terdapat potensi pertumbuhan awan cumulonimbus antara pukul 01.00 dan 13.00. Pada pukul 06.00-07.000, awan yang awalnya kecil kemudian berkumpul hingga membesar. (Baca juga BMKG: Ada Awan "Cumulonimbus" di Rute Penerbangan Pesawat AirAsia QZ8501)

AirNav tidak mau berspekulasi apakah AirAsia QZ8501 akhirnya menerobos masuk ke dalam awan tersebut. Pasalnya, AirNav tak lagi bisa mengontak pesawat itu pada pukul 06.14 atau 2 menit setelah pesawat yang membawa 162 orang tersebut meminta izin untuk naik ke ketinggian 38.000 kaki.

"Kami tidak bisa katakan bahwa pesawat itu masuk ke dalam awan. Semua investigasi akan dilakukan KNKT," ucap Wisnu. (Baca juga BMKG Babel: Cuaca Buruk saat Penerbangan AirAsia).

Pesawat AirAsia QZ8501 berangkat dari Bandara Juanda, Surabaya, pada Minggu (28/12) sekitar pukul 05.36 dan resmi dinyatakan hilang sekitar pukul 07.55. Upaya pencarian masih dilakukan di sekitar Selat Karimata dan bagian barat Kalimantan Barat.