TNI AU Menilai Penemuan Objek QZ8501 Menjadi yang Tercepat di Indonesia

By , Selasa, 30 Desember 2014 | 18:34 WIB

TNI Angkatan Udara menilai penemuan objek-objek yang terkait dengan pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, tepatnya di perairan sekitar Pulau Kalimantan pada Selasa (30/12), menjadi penemuan objek pesawat hilang tercepat yang pernah ada di Indonesia.

Hal tersebut mengacu pada tiga kejadian pesawat hilang yang pernah terjadi di Indonesia, masing-masing hilangnya pesawat Silk Air di Sumatera Selatan pada 1997; Adam Air di Majene, Sulawesi Barat pada 2006; dan Sukhoi Superjet di Gunung Salak pada 2012.

"Mengacu pada tiga kejadian itu, jadi penemuan kali ini kita anggap yang tercepat karena proses pencariannya tidak sampai tiga hari," kata Kepala Pusat Penerangan TNI AU Ahadi Tjahjadi, di Lanud Halim Perdanakusuma, Selasa sore.

Ratusan rekan kerja dari wartawan majalah Angkasa korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, alm. Dody Aviantara dan alm. Didik Nur Yusuf, mengucap salam perpisahaan saat kedua jenazah disemayamkan di lobby Gedung Kompas Gramedia Majalah, Jl. Panjang 8A, Jakarta Barat (23/5).Ini merupakan bentuk penghormatan atas dedikasi kedua almarhum pada profesi kejurnalistikan dan sebagai teman baik yang akan selalu dikenang. (Hafidz Novalsyah/NG Indonesia)

Menurut Ahadi, proses pencarian pesawat yang hilang di lautan memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi ketimbang proses pencarian pesawat yang hilang di darat. Karena pesawat yang hilang di laut memiliki cakupan area pencariannya yang lebih luas.

PK-AXC, Airbus A320-200 yang dioperasikan oleh maskapai Indonesia AirAsia, yang hilang sejak Minggu (28/12/2014). Foto diambil pada 7 September 2011 di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. (Reska K. Nistanto/Kompas.com)

"Kejadian hilangnya Silk Air dan Sukhoi Superjet terjadi di darat, tetapi proses pencariannya memakan waktu lebih dari tiga hari. Kalau Adam Air peristiwa terjadi di laut, dan proses pencariannya memakan waktu berbulan-bulan," ucap Ahadi.