Pesawat pencari Indonesia melihat puing-puing pesawat di Laut Jawa, sekitar 10 kilometer dari lokasi terakhir AirAsia 8501 dilaporkan terlihat di radar pada hari Minggu. Dangkalnya laut, pada kedalaman antara 40 hingga 50 meter, diperkirakan akan membantu upaya-upaya menemukan pesawat tersebut dan data komunikasi penting, termasuk kotak percakapan di kokpit.
Gambar-gambar reruntuhan yang ditemukan itu disiarkan di ruang tunggu bandara Surabaya, di mana para anggota keluarga berkumpul menunggu berita upaya penyelamatan.
Banyak yang meratap dan menjerit sewaktu melihat gambar reruntuhan serta mayat-mayat yang terlihat terapung-apung di Laut Jawa.
Pesawat Airbus itu sedang dalam penerbangan rutin dua jam dari Surabaya menuju Singapura, sewaktu menghadapi badai kuat pada puncak musim hujan.
Menurut penyelidikan awal, cuaca buruk dituding sebagai penyebab tragedi terbaru ini.
Airbus 320 itu sedang melalui jalur normalnya hari Minggu sewaktu pilot pesawat tersebut meminta izin petugas pengawas lalu lintas udara untuk naik 1800 meter lebih tinggi guna menghindari badai kuat. Berbagai laporan menyebutkan izin tersebut tidak segera diberikan karena pesawat lainnya sedang berada di sekitar daerah tersebut. Tetapi dalam beberapa menit setelah komunikasi itu, seluruh kontak dengan Airbus tersebut hilang.
Hugh Ritchie, direktur eksekutif Aviation Consultants International yang berbasis di Sydney mengatakan citra satelit memperlihatkan kuatnya badai tersebut.
"Topan ini cukup ganas," ujarnya, "ada tekanan angin dari atas dan bawah yang sangat hebat, cukup kuat untuk menyebabkan pesawat itu hilang. Dan meskipun topan ini tidak memusnahkan pesawat tersebut, tekanan badai dapat menyebabkan pesawat pecah di udara. Saya beranggapan tumpukan es atau kombinasi es dan turbulensi kuat yang telah menyebabkan kecelakaan ini."
Tony Fernandes, CEO maskapai penerbangan murah yang berbasis di Malaysia itu menyatakan duka cita mendalam atas tragedi tersebut.
Penerbangan itu dioperasikan oleh cabang AirAsia di Indonesia. AirAsia, salah satu operator penerbangan murah paling sukses, memiliki cabang di Thailand dan Filipina. Secara keseluruhan, kelompok tersebut memiliki lebih dari 170 pesawat di tengah-tengah pesatnya pertumbuhan sektor penerbangan di Asia, di mana ada 1.600 pesawat beroperasi di kawasan.
Tragedi ini merupakan yang ketiga pada tahun 2014 bagi maskapai penerbangan di Asia Tenggara, setelah Malaysia Airlines MH 370 yang hilang dan belum ditemukan dalam penerbangannya dari Kuala Lumpur ke Beijing pada Maret lalu. Pada bulan Juli, Malaysia Airlines nomor penerbangan 17 jatuh di Ukraina Timur.
Pencarian terhadap pesawat yang hilang terakhir ini melibatkan sekitar 30 kapal dan 15 pesawat dari sekurang-kurangnya tiga negara.
Hari Rabu, keluarga para korban akan diterbangkan dari Surabaya ke Pulau Belitung, di pesisir timur Sumatra, untuk mengidentifikasi para korban.