Memahami Rasa Duka dan Kondisi Psikis Keluarga Korban

By , Rabu, 31 Desember 2014 | 17:00 WIB

Duka mendalam dirasakan keluarga penumpang pesawat AirAsia QZ8501. Ada yang histeris hingga pingsan selama mengikuti kabar tentang hilangnya pesawat tujuan Surabaya-Singapura itu.

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, Andri mengatakan, kondisi itu normal terjadi pada seseorang yang baru saja merasa kehilangan. Manusia yang baru saja kehilangan sesuatu baik itu materi maupun seseorang pasti akan merasa sedih.

Namun, reaksi setiap orang berbeda-beda. Ada yang bisa cepat beradaptasi sehingga mengikhlaskan kepergian seseorang. Ada pula yang tidak bisa menerima kenyataan pahit. Dalam kasus hilangnya pesawat AirAsia ini, lanjut Andri, terjadi reaksi berkabung yang dialami keluarga korban.

“Reaksi berkabung gejalanya bisa depresi, misalnya jadi lebih cemas, bisa terjadi kesedihan yang sangat mendalam, ketidakmampuan mengendalikan emosi. Hal seperti ini memang membutuhkan waktu adaptasi sampai mereka bisa menerimanya,” terang Andri saat dihubungi Kompas.com, Rabu (31/12).

Publik maupun orang-orang sekitar harus memahami kondisi psikis para keluarga korban. Jangan membuat mereka bertambah sedih, panik, maupun cemas.

Tak ada yang tahu pasti kapan musibah akan datang. Keluarga yang ditinggalkan umumnya mengalami shock atau terkejut. Selain stres hingga depresi, mereka juga bisa mengalami gejala fisik seperti susah tidur, sakit perut, dan pusing kepala.

Lebih sensitif

Para keluarga korban AirAsia ini juga akan menjadi lebih sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa itu. Misalnya, kesedihan akan bertambah parah ketika melihat gambar tayangan di televisi, baik itu jasad manusia maupun puing pesawat.

Untuk itu, para keluarga penumpang pesawat AirAsia QZ8501 pun perlu pendampingan dari psikater maupun psikolog. Kehadiran psikiater maupun psikolog pun menjadi bagian penting. Para psikolog maupun psikiater ini bisa menenangkan kondisi psikis mereka yang sedang terguncang.

“Tujuan mereka (psikiater dan psikolog) memang untuk memberikan dukungan moral. Memberikan pendampingan bagaimana keluarga yang ditinggalkan bisa melewati apa yang terjadi,” ujar, Andri.

Dukungan pun bisa diberikan oleh orang-orang di sekitarnya. Misalnya, dengan mendengarkan keluh kesah, hadir untuk membuat seseorang tak merasa kesepian, dan memberikan pengertian.

Untuk diketahui, puing pesawat yang hilang kontak sejak Minggu (28/12) itu telah ditemukan di Selat Karimata pada Selasa (30/12). Tim SAR gabungan juga menemukan 7 jenazah di perairan tersebut.

Selama proses evakuasi tersebut, sejumlah keluarga penumpang pesawat AirAsia QZ8501 berada di Posko Crisis Center Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur. Puluhan psikiater juga telah melakukan pendampingan kepada mereka di Crisis Center.