"Ngapain ikut sih? Berbahaya itu. Nanti kalau kalian kenapa-kenapa, malah ikut-ikutan dicari bagaimana? Nyawa kalian lebih penting daripada berita," kata kata Komandan SAR Guskamlabar, Laksma TNI Abdul Rasyied.
Rupanya peringatan Rasyied benar adanya. Proses berpindah dari KRI Banda Aceh ke tug boat tersebut bukan lah hal yang mudah. Tiga anggota Komando Pasukan Katak yang sudah terlatih dengan fisik prima pun masih mengalami kesulitan.
Untuk anggota Kopaska bisa berpindah, tug boat harus menempel sedekat mungkin dengan badan Kapal KRI Banda Aceh. Setelah posisi aman, maka anggota anggota Kopaska turun dari lantai dua Kapal dengan menggunakan anak tangga dari kayu.
Namun, gelombang besar hingga angin kencang membuat tug boat yang hendak merapat justru membentur dinding KRI Banda Aceh. Alhasil tug boat itu harus menjauh dan mengatur posisi terlebih dahulu sebelum kembali merapat. Berulang kali upaya yang sama dilakukan, tetapi selalu menemui jalan buntu.
Kembali, karena alasan keselamatan, anggota Kopaska batal terjun ke tug boat. Kedua jenazah yang sudah berada di dalam tug boat, akhirnya dipercayakan kepada warga pemilik tug boat itu, untuk dibawa ke Pangkalan Bun tanpa pengawalan dari TNI AL.
Pagi ini, Kamis (1/1), cuaca terpantau cukup cerah di lokasi. Upaya pencarian dan pemindahan akan dicoba dilakukan kembali, tentunya dengan hati-hati dan tetap menomor satukan keselamatan para Tim SAR.
Pada pagi ini, semua jenazah yang ditemukan hingga Rabu malam sudah berpindah ke Pangkalan Bun untuk menjalani proses penanganan berikutnya. Dari semuanya, penyelamat harus tetap selamat juga untuk tetap dapat melakukan tugas penyelamatan.