Sekitar 100 mahasiswa Indonesia pertengahan Oktober lalu selama tiga hari dua malam mengikuti pertukaran budaya dan menginap di rumah warga Jepang alias homestay. Mereka mempelajari pula budaya di sana sekaligus melihat kesiapan Jepang menghadapi turis asing terutama yang beragama Islam.
"Benar kami menerima sekitar 100 mahasiswa Indonesia dalam program pertukaran budaya tersebut," papar Kadowaki, seorang staf pemerintah daerah Semboku kepada Tribunnews.com, Selasa (30/12).
Upayanya terutama ke bidang Pertanian Semboku dengan menimba pengalaman aktif ke pedesaan guna menanggapi produk dan kegiatan "halal" yang diizinkan oleh ajaran Islam. Sekitar 30 hotel ada di kota Semboku di perfektur Akita.
Mereka menimba pengalaman melihat makanan yang tidak mengandung bahan-bahan babi dan tidak ada kandungan alkohol. Serta melakukan lokakarya diskusi bersama dengan para ahli kota. Saran-saran pun banyak diterima dari para mahasiswa Indonesia ini, tambahnya.
Salah satu peserta dari Indonesia, Lufti Nurfitriya (24) mengungkapkan bahwa kalau semua dilakukan dengan benar pasti akan membawa ketenangan bagi kalangan Islam untuk menyantapnya.
"Sebagai makanan darurat kalau tak yakin halal atau tidak kami membawa mie instantyang halal sehingga mudah untuk menyantapnya," papar Lufti.
Upaya mengundang para mahasiswa Indonesia tersebut dilakukan Jepang untuk mengetahui langsung tanggapan warga Islam terhadap persiapan Jepang menghadapi kunjungan turis asing beragama Islam. Baca juga: Jepang Juga Ikut Gencarkan Wisata Muslim