Memasuki hari kedelapan peristiwa kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501, Minggu (4/1), sebanyak 30 jenazah berhasil ditemukan. Namun, kondisi jenazah sudah sangat rusak karena pembusukan tingkat lanjut. Secara visual, seluruh jenazah yang ditemukan tak bisa lagi dikenali.
"Semakin ke sini kondisi mayat semakin dalam kondisi pembusukan lanjut. Secara visual, tidak mungkin lagi bisa dikenali," kata Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri, Brigjen Arthur Tampir di RS Bhayangkara Surabaya, Minggu pagi.
Arthur mengatakan, lantaran kondisi yang membusuk itulah, seluruh jenazah harus diidentifikasi terlebih dulu di RS Bhayangkara. Pelaksanaan identifikasi juga dilakukan dengan mengambil sampel data primer seperti sidik jari, struktur gigi, hingga DNA. Serta minimal dua data sekunder seperti properti hingga ciri fisik khusus pada tubuh korban.
"Dari situlah dalam rekonsiliasi, dia bisa teridentifikasi atau tidak," ungkap Arthur.
Saat ini, kata Arthur, sudah ada 160 tenaga ahli forensik yang bekerja dalam tim Disaster and Victim Identification (DVI) untuk korban pesawat AirAsia QZ8501. Di antara tenaga ahli itu juga terdapat 7 orang tenaga ahli dari Singapura yang sudah bekerja bersama tim sejak semalam.
Dari 30 jenazah yang tiba di RS Bhayangkara. Sebanyak 6 jenazah di antaranya sudah berhasil teridentifikasi dan dikembalikan kepada pihak keluarga. Sisanya, masih proses identifikasi.
Tim DVI tidak memiliki tenggat waktu dalam melakukan identifikasi. Namun, tim berpacu dengan waktu cepatnya pembusukan terjadi. Supaya pembusukan tak semakin berlanjut, Tim DVI sebenarnya sudah menyiapkan dua kontainer yang dijadikan cold storage penyimpanan jenazah dengan suhu bisa minus derajat celcius.