Pemerintah Australia, Selasa (6/1), kembali memperingatkan warganya yang bepergian ke Indonesia untuk untuk ekstra hati-hati menyusul informasi intelijen terkait potensi serangan teroris di Indonesia.
Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) memperbaharui imbauan perjalanan menuju Indonesia menyusul keputusan Pemerintah AS yang menerbitkan peringatan perjalanan atau travel warning atas kemungkinan ancaman terhadap hotel dan bank yang terkait dengan AS di Surabaya.
DFAT mengimbau warga Austrlia untuk meningkatkan kewaspadaan mereka ketika melakukan perjalanan di Indonesia, termasuk di Bali, menyusul tingginya kemungkinan ancaman teroris.
Secara keseluruhan imbauan kewaspadaan tinggi selama berada di Indonesia yang diterbitkan Pemerintah Australia melalui kantor DFAT ini memang tidak mengalami perubahan.
Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop mengatakan terorisme diperlakukan sebagai masalah keamanan nasional serius oleh pemerintah Australia, oleh karena itu pihaknya terus memonitor perkembangan ancaman keamanan di Indonesia. "Australia terus memonitor situasi ini dengan sangat ketat," ungkap Bishop.
Amerika Serikat baru-baru ini menerbitkan peringatan mengenai potensi ancaman terhadap hotel dan bank yang berafiliasi dengan AS di Kota Surabaya, Jawa Timur.
"Mengenai potensi ancaman terorisme, kami bekerja dengan sangat erat dan dekat dengan otoritas lembaga penegak hukum dan keamanan di Indonesia," tambahnya.
Bishop mengimbau warga Australua untuk membaca dengan saksama himbauan perjalanan yang diterbitkan Pemerintah Australia sebelum melakukan perjalanan ke Indonesia dan terus memantau perkembangan yang terjadi di Indonesia. "Kami telah melihat banyak insiden di masa lalu di mana banyak warga Australia terbunuh," kata Bishop.
"Saya menyarankan jika warga Australia memiliki kekhawatiran mengenai peringatan ancaman ini, mereka harus menghubungi hotline kami dan terus berkomunikasi dengan konsular Australia di Bali atau Indonesia," tuturnya.
Dinilai berlebihan
Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika menilai travel warning Pemerintah Australia itu sebagai kebijakan yang berlebihan.
"Ya agak berlebihan. Memang sih hak negara masing-masing untuk mengatur warga negaranya. Tetapi saya kira kita—di Bali khususnya— tidak ada masalah apa-apa," kata Gubernur Pastika kepada Kompas.com di Denpasar, Rabu (7/1).
Pastika menyebutkan, meskipun Bali pernah mengalami dua kali menjadi sasaran terorisme, namun kini Bali sudah mampu menjaga wilayah dengan baik.