Kesaksian Wartawan Perempuan Atas Penyerbuan Charlie Hebdo

By , Jumat, 9 Januari 2015 | 14:15 WIB

Serbuan orang bersenjata terjadi di kantor majalah satir Charlie Hebdo, di Paris, Rabu (7/1). Wartawan lepas Prancis Sigolene Vinson merupakan salah seorang saksi mata peristiwa. Ketika menyaksian langsung serangan itu, dia pun berpikir riwayatnya akan tamat.

Vinson datang pada pagi itu untuk ikut rapat redaksi, ketika dua orang dengan pakaian komando warna hitam dan berpenutup wajah, menenteng senapan serbu AK-47, menerjang pintu lalu mulai menembaki orang-orang di sekitar meja.

Vinson menjatuhkan diri ke lantai dan merangkak menyusuri lorong untuk bersembunyi di balik partisi. Namun, salah satu dari dua orang bersenjata itu melihat dirinya dan meraih lengannya, lalu menodongkan senjata ke kepala perempuan itu.

Alih-alih menarik pelatuk, teroris itu kemudian berkata, "Saya tidak akan membunuhmu karena kamu seorang perempuan. Kami tidak membunuh perempuan."

Tanpa diketahui Vinson, beberapa menit sebelumnya, seorang rekan perempuan yang lain, yaitu kartunis Corinne Rey, mengalami pertemuan serupa dengan orang-orang bersenjata yang menewaskan 12 orang termasuk Stephane Charbonnier itu.

Rey baru saja menjemput putrinya dari tempat penitipan anak dan sedang menekan kode keamanan di pintu untuk memasuki gedung, ketika dua orang itu menarik dirinya dan memaksa perempuan itu membukakan pintu.

Mereka tidak menembak Rey. Kedua teroris itu justru mengarahkan senjata ke penjaga keamanan Frederic Boisseau yang duduk di meja penyambutan tamu. Rey pun terhindar dari kematian. Kedua orang itu mengatakan bahwa mereka tidak akan menembak seorang perempuan.

"Itu berlangsung sekitar lima menit," kata Rey, yang terguncang dan takut. "Mereka berbicara bahasa Prancis dengan fasih dan mengaku berasal dari Al Qaeda."

Laporan-laporan tentang serangan di kantor Charlie Hebdo telah mengejutkan Prancis dan menyedot dukungan kuat bagi media yang bebas di seluruh dunia.

!break!

(Baca pula: Bentuk Dukungan, Surat Kabar Dunia Pasang Charlie Hebdo di Sampul Depan)

Laurent Leger, seorang wartawan lain yang hadir saat serangan itu juga mengingatkan bagaimana para teroris menyisir ruangan untuk mencari target, tetapi melewatkan dirinya.

"Saya hanya punya waktu untuk menyembunyikan diri di bawah sebuah meja kecil di sebuah celah sempit. Saya meringkuk di sana dan melihat rekan-rekan saya tergeletak di lantai," katanya kepada media.

"Saya beruntung bahwa ruangan itu begitu kecil sehingga pria bersenjata tersebut tidak bisa dengan mudah berjalan di sekitar meja untuk melihat ke sisi belakangnya. Ada keheningan yang panjang."

"Kemudian saya mendengar dia melangkah pergi. Saat dia pergi, saya mendengar dia mengatakan kepada seorang perempuan di newsroom, Kami tidak ingin membunuh perempuan. Dia kemudian berbincang sebentar dengan seorang pria lain dan saat itulah saya menyadari bahwa mereka berdua."