Ekor pesawat AirAsia QZ8501 yang telah ditemukan di permukaan Selat Karimata, Sabtu (10/1) kemarin, masih dalam perjalanan menuju Pelabuhan Kumai, Waringin Barat, Kalimantan Tengah. Ekor pesawat tersebut diperkirakan akan tiba pada Minggu (11/1) pukul 11.00 WIB. "Nanti ekor bakal dibawa pakai kapal Kemenhub dari Pelabuhan Kumai ke Tanjung Priok," kata Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi. Nantinya, di Jakarta, ekor pesawat akan dibawa menuju ke Bandar Udara Halim Perdanakusuma untuk kemudian diletakkan sementara di dalam bekas terminal haji. Ekor tersebut akan diteliti lebih lanjut oleh pihak KNKT. Selain itu, saat sudah tiba di Pelabuhan Kumai nanti, KNKT pertama-tama akan mengecek apakah ada kotak hitam di ekor tersebut. Direktur Operasional Badan SAR Nasional (Basarnas),SB Supriyadi, kemarin menyebutkan bahwa kemungkinan besar kotak hitam sudah terpisah dengan ekor. Namun, hal ini harus dipastikan lebih lanjut saat tiba di Pelabuhan Kumai. "Sepertinya sudah terpisah ya, soalnya penyelam di sana tidak menemukan black box. Tapi kondisinya saat itu jarak pandang hanya satu meter dan gelombang tinggi, kita pastikan segera," ujar dia.
!break!
Menurut Tatang, komponen black box memiliki pinger yang berfungsi sebagai sinyal yang dapat dilacak apabila pesawat hilang. Namun, kalau ada benturan yang cukup keras, pinger bisa saja terlepas dari badan kotak hitam. Adapun, di tiap kotak hitam, ada dua pinger yang juga berperan sebagai baterai. Pinger tersebut hanya bisa memancarkan sinyal untuk dicari selama 30 hari. "Bisa saja pas kita lacak, ternyata hanya ketemu pinger-nya saja. Tapi saya optimis, black box ada di sekitar tempat ekor," tambah dia.
Kotak hitam yang sudah ditemukan nantinya harus tetap direndam dengan air, baik air tawar maupun air asin. Hal ini bertujuan agar alat tidak rusak sehingga data-data yang terekam di dalamnya tidak hilang. Di dalam kotak hitam, ada dua bagian dengan dua fungsi, yaitu FDR (Flight Data Recorder) dan CVR (Cockpit Voice Recorder). FDR sendiri berfungsi untuk merekam parameter terbang, ketinggian, kecepatan, dan juga kemiringan pesawat sehingga bisa diketahui penyebab jatuhnya pesawat secara fisik. Sementara itu, CVR sendiri berfungsi merekam suara-suara yang ditimbulkan dari dalam pesawat, seperti percakapan di kokpit dan suara mesin. Data FDR dan CVR dipadukan untuk kemudian menjadi bahan investigasi KNKT.