Pendakian puncak (summit attack) di Carstensz Pyramid (4.884 m) saya mulai dari lembah Danau-Danau (4.200 m) pada pukul 02.00 WIT. Dari dasar dinding Carstensz, dengan teknik jumaring (mendaki pakai ascender pada sebuah tali) sekitar 4 bagian, sampai ke teras besar pada ketinggian 4.600 m.
Terasa sangat menantang, ketika salah satu bagian menuntut keandalan air jumaring (jumaring tanpa menapak bumi), meski jaraknya hanya 50 m.
Sesudahnya, seperti mendapatkan bonus; medan gigir atas atau Carstensz Ridge bisa dicapai dengan trekking. Dari sini, jarak ke puncak bisa dicapai dalam 3-4 jam, tergantung ritme perjalanan. Di Ridge kini sudah dipasang tali tetap hingga patahan tebing. Sayalah yang pertama kali memasangnya pada 1994, bersama almarhum Rob Hall (wafat dalam tragedi ‘Everest Disaster’, 1996).
Melintas patahan itu sendiri merupakan bagian paling menegangkan dari seluruh pendakian ke Puncak Carstensz. Pasalnya, pendaki dituntut melakukan tyrolean traverse menyeberang menggantung pada seutas tali sepanjang 50 m. Butuh adrenalin tinggi untuk melakukan hal ini, utamanya bila cuaca cerah, karena jurang sedalam kira-kira 600 m menganga di bawah.
Saya juga membantu pembuatan tyrolean traverse saat pertama kali dibuat pada 1995 oleh Adventures Consultant, perusahaan pemanduan pendakian global berbasis di New Zealand (di mana Rob Hall bergabung dan tahun 2007 tyrolean traverse dibuat oleh Franky Kowaas dan teman-teman pemandu pendakia dari Manado.
Lepas dari kawasan menegangkan tadi, terlihat Puncak Carstensz yang ditandai dengan Prasasti Hartono Basuki, pendaki dari Mapala UI yang meninggal saat cuaca buruk dalam ekspedisi 1982. Jika cuaca bagus, dapat dilihat Laut Arafuru, dataran tinggi Zenggilorong, Gresberg, Ideburg, Tembagapura dan Timika. Dan para pendaki yang berdiri di puncak es tanah Papua ini akan menjadi orang tertinggi di lempeng benua Australia.
Saat para pendaki Indonesia pertama kali mendaki Puncak Carstensz Pyramid, posisi pegunungan es kebanggaan Tanah Air kita belumlah sekondang sekarang. Kini ia menjadi salah satu idaman para pendaki dunia, karena termasuk dalam rangkaian The Seven Summits. Tujuh puncak tertinggi di lempengan benua, bersama Mount Everest (Asia), Kilimanjaro (Afrika), Elbrus (Eropa), Aconcagua (Amerika Selatan), Mckinley (Amerika Utara), dan Vinson Massif (Antartika).
Karena letak dan akses yang sulit itulah, Carstensz menjadi salah satu gunung termahal di dunia. biaya pendakiannya mencapai 1.800 dolar AS atau sekitar Rp18 juta. Tapi saya bersyukur, karena sebagian kebutuhan hidup saya ditopang dengan memandu pendaki ke sana. Kebahagiaan dapat bertamu di Carstensz.