Manusia kerdil di Desa Rampasasa, Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, ternyata bertubuh pendek bukan disebabkan oleh faktor malnutrisi atau kekurangan gizi.
Berdasarkan penelitian dokter Aman Pulungan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), pigmi atau perawakan pendek yang mendapat sebutan Homo floresiensis di Rampasasa disebabkan oleh faktor genetik.
“Tidak semua pendek itu karena kurang gizi. Mereka ini gizinya tidak jauh berbeda. Jadi ada kelainan gen yang tidak ditemukan pada manusia normal,” ujar Aman usai meraih gelar doktor atas disertasinya berjudul Faktor Genetik dan Non Genetik pada Manusia Pigmi Rampasasa, Flores di FKUI, Jakarta, Selasa (13/1).
Manusia pigmi adalah individu dewasa yang memiliki tinggi badan kurang dari 150 cm. Aman menjelaskan, tinggi badan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor genetik, endokrin (hormonal), dan lingkungan (nutrisi).
Sejauh ini penyebab stunting banyak ditemukan karena gizi buruk. Untuk itu, penyebab manusia pigmi ini perlu diketahui melalui penelitian agar tidak salah intervensi.
“WHO hingga Kementerian Kesehatan tidak bisa mengeneralisasi bahwa semua yang pendek itu karena kurang gizi. Ini agar intervensi yang diberikan tepat. Jika perawakan pendek karena gen, lalu diintervensi dengan nutrisi, dia bisa obesitas,” terang dokter spesialis anak ini.
Sementara itu, manusia pigmi di Rampasasa memiliki proporsi tubuh yang normal. Aman menjelaskan bahwa mereka cukup vitamin D, kalsium, dan hemoglobin.
Saat ini, lanjut Aman, populasi manusia pigmi di Rampasasa saat ini kurang dari 200 orang. Manusia pigmi yang masih murni pun hanya belasan orang. Populasi pigmi juga tak hanya ada di Indonesia, tetapi juga di di Afrika, Filipina, Malaysia, hingga Papua Nugini.
Penelitian rintisan
Penelitian ini ia lakukan sejak 2010 dan bekerja sama dengan departemen anak dan genetik klinik di Universitas Leiden, Belanda.
Aman mengatakan, penelitian selanjutnya yang perlu dilakukan yaitu mencari tahu gen yang terdapat pada manusia pigmi. Sejauh ini, belum ada peneliti dunia yang berhasil mengetahui gen pada manusia pigmi.
Ini adalah penelitian pertama yang menyoroti penyebab perawakan pendek sejumlah warga di Desa Rampasasa.