Berkayuh Menuju Puncak Kelud

By , Selasa, 13 Januari 2015 | 18:12 WIB

Gunung Kelud (1.731 m) pernah meletus hebat pada 1960 dan menghilangkan puncak kepundannya. Muntahan laharnya menyapu bersih daerah Srengat, Wlingi, Talun, Blitar dan sekitrarnya. Saat itu saya masih bocah dan ikut rombongan ayah mengunjungi lokasi bencana dan bersilaturahmi dengan para korban bencana di tempat penampungan.

Itulah sepenggal kenangan saya, yang teringat selagi bersepeda mendaki Gunung Kelud, beberapa puluh tahun kemudian, setelah beberapa kali letusan hebat, termasuk pada 1999, yang menghancurkan perkebunan teh di lereng-lereng gunung.

Dari simpang tiga jalan raya Wates–Kediri, saya bersepeda menyusuri jalan pedesaan. Di ujung desa, ada sebuah warung yang biasanya digunakan para pendaki gunung beristirahat. Lalu jalanan membelah daerah pertanian yang banyak ditanami palawija sebelum akhirnya masuk area perkebunan teh. Walaupun jalanan menanjak, tak terasa berat karena pemandangan alam sekitarnya sangat bagus. Dari sebuah ketinggian tampak perkebunan teh yang membentang luas, menutup semua permukaan tanah bak beludru hijau.

Semakin tinggi saya berada, udara terasa semakin sejuk. Menurut penduduk, jarak antara desa terakhir sampai terowongan sekitar 10 km. Tapi dengan bersepeda menjadi terasa lebih jauh. Hal ini karena saya sering berhenti untuk beristirahat mengatur nafas dan menyiasati jalanan menanjak.

Lambat laun, jalan memasuki kawasan hutan pohon Kaliandra. Selanjutnya sepeda melipir punggungan dan sebelah kanan jurang menganga lebar. Jalan ini berakhir pada mulut terowongan.

Dalam terowongan, ada beberapa ruangan yang dibuat untuk menginap para penjaga pemantau aktifitas gunung Kelud. Tapi kini berubah fungsi menjadi tempat bersemedi para peziarah.

Seberang mulut terowongan, sebuah pemandangan indah menunggu. Danau kawah berwarna kehijauan membentang, dibentengi dinding padas. Sementara dinding terjal bagian kanan, kerap dipakai berlatih panjat tebing. Masyarakat lokal menyebutnya sebagai ‘Gajah Mungkur’, karena berbentuk mirip seekor gajah yang sedang duduk membelakangi.