"Pendakian Singkat yang Kami Kenang Selamanya"

By , Selasa, 13 Januari 2015 | 19:15 WIB

Semuanya terjadi begitu saja. Saat tengah bersantai di Kota Bukittinggi sambil memandangi Ngarai Sianok, tiba-tiba Picter Kingent, teman dari Belanda, menunjuk ke arah puncak gunung yang seolah menyembul dari balik awan senja.

“Saya mau naik gunung itu,” serunya.

Esok hari, kami berangkat menuju Marapi, nama gunung berketinggian 2.891 m. Padahal sehari sebelumnya, kami baru saja mendaki Gunung Talamau. Tapi pesona Gunung Marapi terlalu sulit untuk kami hindari.

Pukul 04.00 pagi, kami langsung menuju Desa Koto Baru. Jalanan di desa ini mulus, dengan rumah-rumah bagus berderet di tepinya, menandakan kemakmuran empunya desa. Sesampainya di Desa Koto Baru, kami menuju pos pendakian dekat Tower TVRI. Kami kesulitan mencari porter. Agaknya masyarakat di desa ini sudah makmur, hingga enggan menjadi porter.

Panorama Desa Kota Baru yang makmur dengan hamparan kebun sayur-mayur, mengingatkan pada Desa Gunung Putri di kaki Gunung Gede. Dari ketinggian 800 m, kami menyusuri areal perkebunan sampai hutan bambu di Pesanggrahan di ketinggian 1.100 m. Saya sedikit mual karena perut terus-terusan dijejali makanan Minang. Bahkan sarapan pun dengan rendang.

Pesona Gunung Marapi terlalu sulit untuk kami hindari.

Selama menempuh perjalanan selama sekitar 3 jam, kami tiba di Shalter 1.750. angka ini menunjukkan ketinggiannya, pada 1.750 m. Setelah melewati Pintu Angin yang bercadas dan berpasir, kami tiba di dataran seluar lapangan bola di ketinggian 2.600 m.

Mulai dari sini, Gunung Marapi memiliki kesamaan dengan Gunung Merapi Jawa Tengah. Lapangan bola itu mirip Pasar Bubrah di Merapi. Sementara nama Puncak Marapi disebut Puncak Merpati, senada dengan Puncak Merapi yang disebut Puncak Garuda.

Selepas lapangan bola, kami mendaki puncak dengan waktu tempuh kurang 1 jam. Kami tidak bisa berlama-lama berada di puncak ini, karena tidak tahan bau belerang dari 5 kawah yang masih aktif Kaldera Bancah, Kapundan Tuo, Kabun Bungo, Kapundan Bungsu dan Kawah Verbeek. Segera kami tinggalkan Gunung Marapi, yang seperti kembaran Gunung Talamau. Pendakian singkat yang akan selalu kami kenang selamanya!