Morotai: Museum Bawah Laut

By , Rabu, 14 Januari 2015 | 20:14 WIB

Sudah cukup lama kami merencanakan penyelaman di surga bawah laut Pulau Morotai. Kami sudah mengumpulkan berbagai informasi mengenai kondisi penyelaman di kawasan ini.

Pastinya, kami tertarik melihat wreck sisa-sisa peperangan pada masa konflik antara dunia timur dan barat lebih setengah abad lalu. tentu saja, bagi kami kesempatan ini sangat menyenangkan dan mengesankan.

Firman, pemadu penyelam kami, memberi aba-aba. Hup! Petualangan kami dimulai.

Kami menyelam free fall menuju terumbu karang terjal dengan satu sisi biru tak berdasar. Kami bagaikan burung elang melesat terbang hendak menyantap mangsa.

Pada kedalaman 10 m, kami saling memeriksa buddy. Usai memastikan berjalan baik, kami mulai menambah kedalaman.

Pada kedalaman 27,5 m, kami mengamati museum bawah laut. Ada jip bak terbuka serta anggokan ban mobil tersebar hampir setiap 10 m dengan badan mobil yang sudah tidak utuh dan ditumbuhi karang. Ban hanya tertup sedikit lumut dan pasir sedikit. Karang tidak tumbuh dibagian karet roda yang cenderung menjadi racun bagi laut.

Kami menambah kedalaman, saat penyelam mendekati kedalaman 30 m terdapat sisa peluru yang berserakan, terselip diantara karang. Bentuk dan ukurannya menyerupai karang patah.

Pengamatan tidak berhenti. Lebih dalam lagi ada besi panjang dan besar tampak samar. Kami menduga besi ini adalah bekas tiang kapal atau tank.

Pemandangan tidak banyak berubah sepanjang penyelaman, mungkin cerita akan berbeda jika kami menambah kedalaman. Kami memang tak ingin keluar dari rencana penyelaman. Tujuannya menjauhi malapetaka.

Terpuaskan dengan benda sejarah, kami mulai mencari penghuni laut yang mendiami reruntuhan alat perang dan sekitarnya. Rupanya kami tidak dapat menemukan biota laut dalam jumlah banyak. Hanya sedikit tempat yang masih menyisakan tutupan karang yang rapat walau hanya sedikit ikan yang terlihat.

Beberapa nudibranch merayapi pasir. Karang meja tersebar yang menjadi tempat berlindung berbagai jenis satwa laut. Kami membayangkan dulu tempat ini sangat kaya akan biota laut. Tandanya, sisa bongkahan karang meja yang besar dengan patahan-patahan karang di sekitarnya.

Kami menduga hal ini sebagai akibat pekerjaan memotong dan mengangkut besi sisa peninggalan perang. Atau barangkali memang dihancurkan oleh peristiwa perseteruan dua kekuatan besar itu. Entahlah. Kami hanya dapat berharap, semoga perairan Morotai tidak memerlukan waktu lama untuk kembali indah demi memikat hati siapa saja.