Seorang pria Muslim asal Mali yang menyembunyikan para pembeli di toko swalayan Yahudi di Paris akan dianugrahi kewarganegaraan Prancis. Departemen Dalam Negeri Prancis mengemukakan hal itu, Kamis (15/1).
Setelah dua orang bersenjata membunuh beberapa sandera dalam insiden pada Jumat pekan lalu itu, Lassana Bathily (24 tahun), yang bekerja di toko tersebut menyembunyikan beberapa orang di ruang pendingin toko, mematikan pendingin dan lampunya dan mengatakan kepada para pembeli di toko "Hyper Cache" itu untuk tetap tenang.
Ia kemudian melarikan diri melalui lift barang untuk mencari pertolongan. Setelah sebelumnya dicurigai sebagai kaki tangan penyandera, ia menginformasikan kepada polisi bahwa ia pegawai toko, sementara empat sandera Yahudi dibunuh sebelum polisi menembak sang penyandera, Amedy Coulibaly, warga Perancis yang juga keturunan Mali.
"Saya membantu warga Yahudi. Kita semua bersaudara," kata Bathily kepada BFM TV. "Ini bukan pertanyaan apakah kita Yahudi, Kristen atau Muslim. Kita semua sama."
Sebuah petisi kemudian muncul di Prancis pekan lalu untuk memberi Bathily status kewarganegaraan.
"Sebagai kelanjutan aksi keberanian Bathily pada penyanderaan yang berlangsung di Hyper Cacher pada 9 Januari, Departemen Dalam Negeri memutuskan untuk mempercepat prosesnya menjadi warga negara," ujar Departemen Dalam Negeri dalam pernyataan mereka.
Sebuah upacara resmi akan diadakan pada 20 Januari.
Pekan lalu, 17 orang tewas dalam aksi kekerasan yang berlangsung tiga hari yang dimulai dengan serangan terhadap tabloid satire Charlie Hebdo dan berakhir dengan penyanderaan ganda di sebuah percetakan dekat Paris dan di toko swalayan Yahudi di dalam Paris.