Mengapa Harga Tiket Pesawat Tidak Ikut Turun Seiring Harga Minyak?

By , Jumat, 16 Januari 2015 | 18:13 WIB

Harga minyak mentah turun ke titik terendah selama enam tahun terakhir, bensin menjadi jauh lebih murah.

Harga patokan satu barel North Sea turun 2,6% menjadi US$48,74, yang merupakan tingkat yang terendah sejak bulan April 2009.

Minyak mentah Amerika Serikat juga berada pada tingkat terendah sejak saat itu, turun 2,3% di harga US$47,25/barel.

Namun sebagian harga tiket penerbangan dan tagihan energi rumah tangga masih cukup tinggi.

Ongkos pesawat terbang nyaris tidak beranjak sama sekali dan tempat-tempat seperti AS Timur Laut dan Inggris Raya, tagihan listrik dan penghangat rumah tinggi seperti biasa.

Harga yang tak kunjung turun juga menuai kometar dari para politisi. "Sangat aneh dan membingungkan harga tiket masih tinggi," kata Senator New York Chuck Schumer bulan lalu, yang mendesak penyelidikan federal.

Menurut Charlie Leocha, ketua advokasi konsumen kelompok wisatawan Amerika Travelers United, "Untuk perlindungan terhadap kenaikan biaya bahan bakar, maskapai memiliki strategi lindung nilai (hedging)—mengunci harga dalam rentang tiga bulan sampai tiga tahun—sehingga mereka belum mendapatkan manfaat penuh minyak murah."

Leocha mengutarakan para maskapai penerbangan itu menggunakan uang tambahannya bagi "hal-hal baik" tetapi mereka melakukannya "untuk semua orang kecuali konsumen." Dia berkata, karena praktik-praktik merger industri mengurangi persaingan, maskapai jadi cenderung abai mendengarkan pelanggan.

Meski demikian, pada akhirnya harga tiket mungkin turun sedikit. The International Air Transport Association memprediksi penurunan 5,1 persen atau lebih pada tahun 2015.