Saya nyaris tak berkedip seakan tak percaya, saya menatap lekat busana yang di sekujur tubuhnya. Ah, betapa indahnya! Saya pun teringat budaya warga Afrika. Padahal saya berada di tenggara Provinsi Maluku. Busana perempuan Aru telah merebut hati saya. Inilah yang menarik dari Dobo, pusat kegiatan Kepulauan Aru yang pernah bersatu dengan paparan sahul pada zaman es.
Saya mulai mengabadikan keindahan pakaian dan aksesoris yang dikenakan oleh perempuan Aru. Di atas dahinya terbalut penutup berupa anyaman manik-manik. Untaian itu tersambung ke rambut asli hingga mirip rambut tiruan. Lantas rambut ini digerai ke sisi kanan wajah. Pada bagian dada tertutup kain batik yang bercorak khusus. Warna mendominasi, cokelat yang kekuningan. Mencermati coraknya, saya menduga ada pengaruh budaya jawa. Saya makin tertarik untuk mendalami kecantikan kain ini. Terlebih lagi, anak-anak sekolah menggunakan kain Aru sebagai pakaian seragam.
Tak hanya kaum perempuan, saya berkesempatan pula mengabadikan pakaian tradisional yang dikenakan oleh kaum lelaki. Bertelanjang dada, lelaki Aru mengenakan ikat kepala merah dan lain merah sebagai penutup pinggang ke bawah. Lehernya dihiasi kalung yang terbuat dari untaian manik-manik dan kulit kerang. Kedua lengan atasnya juga dihiasi manik-manik yang melingkari bisep. Saya bergumam. Aru telah memikat budaya bahari khas timur Nusantara.