Pada 2010–2012, FAO memperkirakan sekitar 870 juta orang dari 7,1 miliar penduduk dunia atau 1 dari delapan orang penduduk dunia menderita gizi buruk. Sebagian besar (sebanyak 852 juta) di antaranya tinggal di negara-negara berkembang.
Anak-anak merupakan penderita gizi buruk terbesar di seluruh dunia. Dilihat dari segi wilayah, lebih dari 70 persen kasus gizi buruk pada anak didominasi Asia, sedangkan 26 persen di Afrika dan 4 persen di Amerika Latin serta Karibia.
Setangah dari 10,9 juta kasus kematian anak didominasi kasus gizi buruk. Sebab gizi buruk bisa berefek ke penyakit lainnya juga, seperti campak dan malaria.
Bagaimana dengan Indonesia? Perkembangan gizi buruk, menurut Riskesdas pada 2013, terdapat 19,6 persen kasus balita kekurangan gizi dan jumlah tersebut terdiri dari 5,7 persen balita dengan gizi buruk.
Di antara 33 provinsi,terdapat 2 provinsi yang termasuk kategori prevalensi gizi buruk sangat tinggi, yaitu Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Sementara untuk mencapai sasaran MDG 2015 yakni 15,5 persen, angka prevalensi gizi buruk secara nasional harus diturunkan sebesar 4,1 persen.
Gambaran status gizi pada kelompok umur dewasa (lebih dari 18 tahun) bisa diketahui melalui prevalensi gizi berdasarkan indikator Indeks Massa Tubuh (IMT). Walaupun masalah kurus masih cukup tinggi, status gizi pada kelompok dewasa lebih banyak merupakan masalah obesitas.